KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 14-15 Januari 2025. Pemangkasan BI rate ini dinilai untuk merespons pertumbuhan ekonomi yang relatif stagnan. Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memang relatif stagnan. Hal ini tercermin dari
inflasi inti yang relatif rendah dan juga kinerja belanja ritel. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Inflasi kelompok inti tercatat sebesar 0,17%
month to month (mtm) pada Desember 2024.
Sementara itu, BI mencatat penjualan ritel pada kuartal IV 2024 diperkirakan hanya tumbuh 1,1
year on year (yoy), lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 5% yoy. Tak hanya itu, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) Februari dan Maret 2025 diramal masing-masing sebesar 127,7 dan 136,6, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang masing-masing tercatat 144,7 dan 146,5.
Baca Juga: Deflasi 5 Bulan Beruntun Tanda Ekonomi Indonesia Melemah? Ini Penjelasan BI Meski begitu, David menilai, kebijakan pemangkasan BI rate tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Perlu ada bauran kebijakan di dalamnya. “Dibanding dengan suntikan via kebijakan fiskal, kebijakan moneter sebenarnya lebih terbatas dari segi dampak maupun kesegarannya terhadap ekonomi,” tutur David kepada Kontan, Kamis (16/1). David menilai, investasi adalah salah satu adalah kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sebab dengan investasi, penciptaan lapangan kerja baru bisa terus bertambah. Menurutnya, pemerintah harus lebih fokus pada target penciptaan lapangan kerja. “Ini kunci untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya beli masyarakat,” ungkapnya. Senada, Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Kurniawati Yuli Ashari menilai, salah satu alasan penurunan BI rate adalah karena diperlukan dorongan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. “Salah satunya tercermin dari proyeksi pertumbuhan ekonomi BI yang direvisi ke bawah, dari awalnya titik tengahnya sebesar 5,2% menjadi 5,1% pada 2025,” tutur Nia sapaan akrabnya. Nia juga menilai, penurunan BI rate menjadi salah satu dukungan BI untuk menstimulus perekonomian melalui mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan. Meski begitu, Nia menambahkan, alasan BI memangkas suku bunga tidak lepas dari keyakinan BI bahwa inflasi hingga 2 tahun ke depan tetap terjaga di rentang kisaran target 2,5% plus minus 1%. Inflasi bisa terjaga salah satunya karena resikonya berkurang karena adanya pembatalan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) pada 2025.
Baca Juga: Komplet Sudah Tanda Ekonomi Tak Baik-Baik Saja Sejalan dengan itu, transmisi dari penurunan BI rate ke penurunan suku bunga kredit memang membutuhkan proses. Namun, Nia berharap setelah penurunan BI rate mampu mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan.
“Terutama di kuartal I 2025 ini, diperkirakan
consumer loan akan meningkat, sejalan juga dengan momen lebaran yang juga ada di akhir kuartal I 2025 ini yang bisa menjadi momentum peningkatan
consumer loan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat