BI rate jadi sebab utama rupiah terdepresiasi



JAKARTA. Sejak pengumuman penurunan BI rate ke level 5,75% kemarin (9/2), pergerakan rupiah cenderung melemah. Pelemahan tersebut masih terus berlangsung hingga hari ini, di mana pada pukul 11.36, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 9.042 per dolar dari Rp 8.956 per dolar AS kemarin.Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI) Taufan Tito melihat, dampak negatif terjadi pada rupiah pasca penurunan BI Rate. "Padahal tujuan dari pemangkasan BI rate ini adalah juga untuk mengantisipasi kenaikan laju inflasi di bulan-bulan mendatang," kata Taufan, Jumat (10/2).Taufan mengutarakan, pelemahan rupiah ini mengindikasikan bahwa investor asing cenderung hengkang dari Indonesia. Dia melihat kemungkinan anjloknya pasar saham domestik disebabkan keluarnya dana asing dari pasar saham ke pasar obligasi ataupun keluar sama sekali (capital outflow)."Pasca BI Rate terpangkas 25 bps, investor asing banyak yang mengcover kebutuhan dolar AS miliknya," kata Taufan.Kondisi ini terlihat dari naiknya level Non Delivery Forward (NDF) yang sempat di posisi 9.010-9.040 per Jumat (10/2) dari sebelum di kisaran 8.990-8.980.NDF merupakan produk derivatif valas yang diperdagangkan secara off the counter atau bisa dibilang mata uang rupiah yang diperdagangkan di luar negeri.Hal senada juga diungkapkan oleh Head Treasury Bank Negara Indonesia (BNI) Nurul Eti Nurbaety. Dia menuturkan, turunnya BI rate secara tak terduga mengecewakan pasar dan menggiring rupiah terdepresiasi.Untuk perdagangan hari ini (10/2), Nurul memprediksi rupiah akan melemah di posisi support terkuat di 9.040 per dolar AS. Yang bisa diartikan, rupiah hari ini sudah sempat menembus support terkuatnya.Sedangkan sepekan depan, Taufan memprediksi rupiah masih berpotenai melemah di kisaran 9.000-9050 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie