JAKARTA. Setelah 18 bulan tak bergerak, bunga acuan Indonesia akhirnya naik. Kendati ekspektasi kenaikan BI rate sudah lama beredar, para pemilik dana tak bisa menyembunyikan kelegaanya mendengar Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan bunga acuan naik 25 basis poin (0,25%) menjadi 6,75%. "Posisi BI untuk menaikkan atau menahan suku bunga fifty-fifty," kata David Sumual, Ekonom dari Bank Central Asia (BCA), Jumat (4/2).David termasuk yang sepakat dengan keputusan BI menaikkan bunga acuan. Menurut dia, BI rate perlu terangkat karena bunga riil (selisih bunga dan laju inflasi), sudah negatif. Inflasi tahunan mencapai 7,02% sementara BI rate statis di posisi 6,5%.Mereka yang pro dengan hasil rapat BI kemarin juga menyodorkan argumen bahwa kenaikan bunga akan menenangkan pasar. "Beberapa bulan terakhir ini, kredibilitas BI memburuk karena dianggap menomorduakan isu inflasi demi menghemat anggaran moneternya," kata Helmi Arman, Ekonom Bank Danamon.Kenaikan BI rate juga berimbas positif ke bursa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,44% pada penutupan perdagangan Jumat (4/2) ke posisi 3.496,17. Sedang nilai tukar dollar AS turun menjadi Rp 8.993.Hanya efek sementaraAngin segar kenaikan BI rate juga bakal berhembus ke pasar surat utang. Arah pergerakan imbal hasil diramal akan berbalik arah. Yield yang menanjak dalam sebulan terakhir, diramal akan melandai. "Imbal hasil obligasi terutama yang bertenor 10 tahun ke atas akan turun karena pasar lebih tenang," kata Helmi.Nasabah perbankan juga silahkan berharap menikmati bunga simpanan yang lebih tinggi. "Bank akan melihat kondisi likuiditas terlebih dahulu. Tidak serta merta menaikkan bunga," tutur dia.Langkah BI menaikkan bunga secara lunak ini juga dianggap cukup memadai mengantisipasi potensi inflasi. Pertumbuhan inflasi yang cukup tajam diperkirakan akan terjadi April mendatang, ketika pemerintah jadi mencabut sebagian subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Bagus juga BI melakukan antisipasi inflasi sejak sekarang supaya nanti ekspektasi pasar tidak liar setelah pencabutan BBM tersebut," kata David. Ekspektasi yang dimaksud adalah target pertumbuhan ekonomi dari pemerintah sebesar 5% plus minus 1% di akhir tahun ini.Menurut David, BI memiliki ruang menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin hingga 100 basis poin (0,5%-1%) sepanjang tahun ini untuk menjaga ekspektasi ini. Sedangkan Helmi menilai, BI masih memiliki ruang menaikkan BI rate hingga 7% sepanjang tahun ini.Meski sejauh ini belum nampak imbas negatif dari kenaikan BI rate, Helmi menilai, aura positif kenaikan bunga hanya berlangsung sementara. "Kelanjutan cerita inflasi ini belum selesai," kata dia.Lagi pula, kenaikan bunga acuan ini bukan bertujuan meredam harga beras atau cabai yang menjadi penyebab utama lonjakan inflasi. Menurut Helmi, kenaikan bunga acuan ini hanya sinyal bahwa BI aktif mengendalikan inflasi.Menurut dia, sinyal dari BI ini ditujukan untuk menjaga ekspektasi pasar, menghindari pembalikan arus dana asing yang dramatis. Kenaikan bunga diharap juga bisa menahan depresiasi rupiah, yang akan memperburuk inflasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI rate naik, pasar tenang sesaat
JAKARTA. Setelah 18 bulan tak bergerak, bunga acuan Indonesia akhirnya naik. Kendati ekspektasi kenaikan BI rate sudah lama beredar, para pemilik dana tak bisa menyembunyikan kelegaanya mendengar Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan bunga acuan naik 25 basis poin (0,25%) menjadi 6,75%. "Posisi BI untuk menaikkan atau menahan suku bunga fifty-fifty," kata David Sumual, Ekonom dari Bank Central Asia (BCA), Jumat (4/2).David termasuk yang sepakat dengan keputusan BI menaikkan bunga acuan. Menurut dia, BI rate perlu terangkat karena bunga riil (selisih bunga dan laju inflasi), sudah negatif. Inflasi tahunan mencapai 7,02% sementara BI rate statis di posisi 6,5%.Mereka yang pro dengan hasil rapat BI kemarin juga menyodorkan argumen bahwa kenaikan bunga akan menenangkan pasar. "Beberapa bulan terakhir ini, kredibilitas BI memburuk karena dianggap menomorduakan isu inflasi demi menghemat anggaran moneternya," kata Helmi Arman, Ekonom Bank Danamon.Kenaikan BI rate juga berimbas positif ke bursa. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,44% pada penutupan perdagangan Jumat (4/2) ke posisi 3.496,17. Sedang nilai tukar dollar AS turun menjadi Rp 8.993.Hanya efek sementaraAngin segar kenaikan BI rate juga bakal berhembus ke pasar surat utang. Arah pergerakan imbal hasil diramal akan berbalik arah. Yield yang menanjak dalam sebulan terakhir, diramal akan melandai. "Imbal hasil obligasi terutama yang bertenor 10 tahun ke atas akan turun karena pasar lebih tenang," kata Helmi.Nasabah perbankan juga silahkan berharap menikmati bunga simpanan yang lebih tinggi. "Bank akan melihat kondisi likuiditas terlebih dahulu. Tidak serta merta menaikkan bunga," tutur dia.Langkah BI menaikkan bunga secara lunak ini juga dianggap cukup memadai mengantisipasi potensi inflasi. Pertumbuhan inflasi yang cukup tajam diperkirakan akan terjadi April mendatang, ketika pemerintah jadi mencabut sebagian subsidi bahan bakar minyak (BBM). "Bagus juga BI melakukan antisipasi inflasi sejak sekarang supaya nanti ekspektasi pasar tidak liar setelah pencabutan BBM tersebut," kata David. Ekspektasi yang dimaksud adalah target pertumbuhan ekonomi dari pemerintah sebesar 5% plus minus 1% di akhir tahun ini.Menurut David, BI memiliki ruang menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin hingga 100 basis poin (0,5%-1%) sepanjang tahun ini untuk menjaga ekspektasi ini. Sedangkan Helmi menilai, BI masih memiliki ruang menaikkan BI rate hingga 7% sepanjang tahun ini.Meski sejauh ini belum nampak imbas negatif dari kenaikan BI rate, Helmi menilai, aura positif kenaikan bunga hanya berlangsung sementara. "Kelanjutan cerita inflasi ini belum selesai," kata dia.Lagi pula, kenaikan bunga acuan ini bukan bertujuan meredam harga beras atau cabai yang menjadi penyebab utama lonjakan inflasi. Menurut Helmi, kenaikan bunga acuan ini hanya sinyal bahwa BI aktif mengendalikan inflasi.Menurut dia, sinyal dari BI ini ditujukan untuk menjaga ekspektasi pasar, menghindari pembalikan arus dana asing yang dramatis. Kenaikan bunga diharap juga bisa menahan depresiasi rupiah, yang akan memperburuk inflasi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News