JAKARTA. Pengembang properti khawatir masyarakat bakal panik dengan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) yang kian membumbung tinggi ke angka 9,5%. Apalagi saat ini krisis finansial AS terus menggerogoti pasar. Konsumen pun bakal mengerem minat mereka terhadap properti. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria memperkirakan, bulan November hingga Desember tahun ini penjualan properti bakal terkerek hingga 25%. Dengan catatan, tidak terjadi perubahan ekonomi global yang ekstrem. “Kalau kepanikan pemerintah menghadapi krisis finansial berlangsung terus, masyarakat juga terpengaruh dan kondisi akan memburuk,” kata Teguh.Namun pengembang yakin, dengan kekuatan dana internal, bisnis properti masih akan terus menggelinding. Apalagi, sejak menerapkan gabungan modal antar pengembang, pinjaman bank tak lagi diandalkan. Artinya, modal untuk menjalankan bisnis masih terjaga dengan aman. Selain itu, pengembang juga menjalin kerjasama dengan bank untuk memberikan subsidi bunga. “Pokoknya jangan sampai seperti tahun 2005 lalu, BI Rate-nya sampai 12,75%,” harap Teguh. Saat itu, imbuhnya, kepanikanlah yang melucuti pengembang, sehingga pemerintah mestinya menciptakan situasi yang kondusif. I Made Surya Dharma dari PT Jababeka Tbk diam-diam juga mengkhawatirkan situasi ini. Hanya saja, Made masih menaruh harapan positif. “Anggap saja ini peluang. Saya bisa promosi ke konsumen yang punya dana tunai untuk berinvestasi ke properti, baik tanah maupun bangunan dengan risiko yang kecil,” katanya. Made tetap berkeyakinan bahwa properti akan tetap laku kendati harga jual produknya naik mengikuti terkereknya BI Rate. Danang Kemayan Jati, Head of Corporate Communications PT Lippo Karawaci Tbk menegaskan, dampak BI Rate baru akan terasa minggu depan. Sampai sejauh ini pihak Lippo belum melakukan evaluasi.Setali tiga uang dengan Coorporate Communication Senior Manager PT BSD Idham Muchlis. Sampai saat ini, belum ada antisipasi untuk menghadang gejolak ini. "Yang jelas, bakal ada penurunan karena ada juga yang beli pakai KPR," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI Rate Naik, Pengembang Was-was
JAKARTA. Pengembang properti khawatir masyarakat bakal panik dengan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) yang kian membumbung tinggi ke angka 9,5%. Apalagi saat ini krisis finansial AS terus menggerogoti pasar. Konsumen pun bakal mengerem minat mereka terhadap properti. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Teguh Satria memperkirakan, bulan November hingga Desember tahun ini penjualan properti bakal terkerek hingga 25%. Dengan catatan, tidak terjadi perubahan ekonomi global yang ekstrem. “Kalau kepanikan pemerintah menghadapi krisis finansial berlangsung terus, masyarakat juga terpengaruh dan kondisi akan memburuk,” kata Teguh.Namun pengembang yakin, dengan kekuatan dana internal, bisnis properti masih akan terus menggelinding. Apalagi, sejak menerapkan gabungan modal antar pengembang, pinjaman bank tak lagi diandalkan. Artinya, modal untuk menjalankan bisnis masih terjaga dengan aman. Selain itu, pengembang juga menjalin kerjasama dengan bank untuk memberikan subsidi bunga. “Pokoknya jangan sampai seperti tahun 2005 lalu, BI Rate-nya sampai 12,75%,” harap Teguh. Saat itu, imbuhnya, kepanikanlah yang melucuti pengembang, sehingga pemerintah mestinya menciptakan situasi yang kondusif. I Made Surya Dharma dari PT Jababeka Tbk diam-diam juga mengkhawatirkan situasi ini. Hanya saja, Made masih menaruh harapan positif. “Anggap saja ini peluang. Saya bisa promosi ke konsumen yang punya dana tunai untuk berinvestasi ke properti, baik tanah maupun bangunan dengan risiko yang kecil,” katanya. Made tetap berkeyakinan bahwa properti akan tetap laku kendati harga jual produknya naik mengikuti terkereknya BI Rate. Danang Kemayan Jati, Head of Corporate Communications PT Lippo Karawaci Tbk menegaskan, dampak BI Rate baru akan terasa minggu depan. Sampai sejauh ini pihak Lippo belum melakukan evaluasi.Setali tiga uang dengan Coorporate Communication Senior Manager PT BSD Idham Muchlis. Sampai saat ini, belum ada antisipasi untuk menghadang gejolak ini. "Yang jelas, bakal ada penurunan karena ada juga yang beli pakai KPR," ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News