BI Rate Tetap, Bunga Penjaminan LPS Bakal Mengekor



JAKARTA. Seperti yang sudah diprediksi, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI rate di angka 6,5%.

BI beralasan, bunga acuan yang sudah terpangkas sebesar 300 basis poin (bps) sejak akhir tahun lalu ini sudah memadai bagi pemulihan ekonomi dan intermediasi perbankan.

"Tingkat bunga sebesar itu juga masih konsisten dengan pencapaian inflasi tahun 2010 sebesar 5% plus minus 1%," ungkap Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Dyah K. Makhijani, Kamis (3/12).


Keputusan BI menahan bunga acuan, kemungkinan besar, akan diikuti Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). dalam menentukan besar bunga penjaminan.

Kepala Eksekutif LPS Firdaus Djaelani mengungkapkan, perubahan bunga penjaminan hanya dilakukan apabila terjadi perubahan yang signifikan dalam perekonomian. "Kalau tidak ada perubahan yang signifikan, kami tidak akan mengubah bunga penjaminan," ujarnya.

Saat ini, bunga penjaminan LPS untuk deposito rupiah di bank umum sebesar 7%. Untuk simpanan valuta asing sebesar 2,75%. Sedangkan bunga wajar untuk simpanan rupiah di bank perkreditan rakyat (BPR) sebesar 10,25%.

Para bankir lebih suka jika LPS tidak mengubah bunga penjaminan. "Bunga LPS saat ini sudah sesuai dengan bunga deposito tertinggi di bank, antara 7%–8%," kata Direktur Bisnis Bank UOB Buana Safrullah Hadi Saleh.

Meski bank merasa nyaman, Safrullah menilai, karakter nasabah saat ini sudah tidak terlalu peduli dengan naik turun bunga penjaminan. Nasabah lebih rewel dalam memilih bank. Kebanyakan nasabah memilih bank yang dianggap punya risiko sistemik, dengan harapan akan dijamin pemerintah, jika terjadi masalah.

Bankir menjanjikan akan memangkas bunga kredit dan bunga simpanan awal 2010. "Paling cepat sekitar Januari. Besar penurunan bunga kredit 50 bps–100 bps," ujar Direktur Kredit Bank Mega Daniel Budirahajoe. Agar bunga simpanan bisa lebih turun, bankir berharap BI kembali memfasilitasi penurunan bunga deposito. "Biaya dana bisa lebih rendah dan bunga kredit bakal ikut merosot," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar