BI rate tinggi, alternatif pendanaan emiten: MTN



JAKARTA. Pemerintah baru saja menaikkan tingkat suku bunga acuan mencapai 6,5% pada pertengahan Juli lalu. Jika dihubungkan dengan penerbitan obligasi perusahaan, tentu saja kenaikan BI rate berdampak pada peningkatan suku bunga pinjaman.

Ujung-ujungnya, cost of fund perusahaan akan meningkat. Sekadar informasi, cost of fund merupakan besaran imbal hasil atau kupon yang dibayarkan bagi penerbitan surat utang atau obligasi yang tinggi untuk dapat memikat investor. Jika hal itu terjadi, maka salah satu cara bagi perusahaan untuk menghimpun dana adalah melalui penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN).

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Abiprayadi Riyanto menjelaskan, MTN bisa dilirik untuk pendanaan lantaran portofolio ini pergerakannya tidak begitu likuid dari market. Berbeda dengan obligasi bond yang memiliki pasar dan harganya ditentukan, MTN mempunyai pasar sendiri."MTN tidak begitu likuid dari market dan termasuk instrumen yang off market. Karena biasanya yang beli MTN jangka pendek dan tidak diperdagangkan," kata Abi.Kelebihan MTN lainnya, ujar Abi, adalah tidak memerkukan proses yang panjang dalam penerbitannya. Selain itu, jika proses penerbitan memakan waktu yang lama dan biaya penerbitan atau cost of fund-nya tinggi, tidak demikian halnya untuk MTN.


"Penerbitan MTN biasanya digunakan untuk pembiayaan jangka pendek dan ukurannya tidak besar. Biasanya dilakukan demi memenuhi pendanaan dalam jangka waktu yang cepat," ujar Abi.Direktur Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengungkapkan, strategi yang pas bagi emiten yang benar-benar membutuhkan pendanaan saat ini adalah menerbitkan MTN dengan tenor pendek dibawah 3 tahun. Hal ini dilakukan agar beban pembayaran kupon yang tinggi tidak membebani keuangan perusahaan dalam waktu yang terlalu lama.Wahyu menambahkan, dalam kondisi tingginya tingkat inflasi dan suku bunga, sektor properti dan multifinance merupakan sektor yang akan mengerem penerbitan obligasi dan MTN. Sebab, penerbitan akan sangat selektif, terutama untuk membayar utang yang jatuh tempo saja, bukan untuk kepentingan ekspansif."Estimasi penerbitan MTN dan obligasi tahun ini pasti akan jauh menurun dibanding tahun 2012," kata Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie