BI rate turun, bunga kredit belum tentu



JAKARTA. Setelah tiga bulan mempertahankan bunga acuan di level 7,75%, Bank Indonesia (BI) memangkas BI rate menjadi 7,5%. Keputusan ini juga disertai dengan pemotongan suku bunga deposit facility atau penempatan dana bank di BI, sebanyak 25 bps menjadi 5,5%.

Tak ayal keputusan ini menguarkan harapan, suku bunga kredit juga akan melandai, mengikuti keputusan bank sentral. Apalagi, salah satu alasan kebijakan pemotongan bunga acuan lantaran keyakinan kuat bahwa inflasi tahun ini hingga tahun depan akan terkendali. Yakni, "Berkisar di bawah 4%, plus-minus 1%," tandas Agus DW. Martowardojo, Gubernur BI.

Namun, berdasarkan histori hitungan BI, bank tidak akan serta merta memangkas bunga kredit pasca keputusan BI ini. “Bunga kredit akan ikut turun setelah tiga bulan hingga enam bulan sejak penurunan BI rate," tandas Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI.


Ini artinya, bunga kredit baru akan turun di Mei hingga Agustus mendatang. Besar harapan BI, bank-bank segera memangkas bunga kredit, minimal sebesar penurunan BI rate, atau tergantung dari kebijakan bank. Agar cepat terealisir, bank sentral juga berharap, bank-bank juga menggunting suku bunga simpanan agar biaya dana (cost of fund).

"Jika paduan kebijakan itu dilakukan, bank bisa segera menurunkan bunga kredit,” kata Halim.

Penurunan deposit facility sekaligus membuka kesempatan bagi bank untuk memacu penyaluran kredit ketimbang menyimpan kelebihan likuiditas dana di BI. Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4%–5,8%, potensi pertumbuhan kredit bisa mencapai 15% hingga 17%.

Menurut Halim, likuiditas perbankan saat ini sudah mencukupi untuk membiayai kredit. Sepanjang 2014, pertumbuhan dana pihak ketiga mencapai 12,3%, naik lebih tinggi dari kredit yang tumbuh hanya 11,6%. Adapun tahun ini, BI memprediksi DPK dan kredit masing-masing tumbuh 14%–16% dan 15%–17%.

Gatot M. Suwondo, Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) masih enggan memastikan kesiapan BNI untuk memangkas bunga kredit. Kata Gatot, penetapan suku bunga kredit berkaitan erat dengan risiko yang dihadapi bank, yakni high risk high return, low risk low return.

"Kami lihat kondisi pasar dulu. BI rate adalah rate acuan yang memberikan sinyal," imbuhnya. Menurutnya, penurunan BI rate mengandung makna keinginan BI memacu pertumbuhan ekonomi. Tapi, harus diingat, tanpa sokongan kredit bank, harapan memacu ekonomi akan sia-sia. Apalagi, jika suku bunga kredit masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie