JAKARTA. Untuk yang pertama kalinya, Bank Indonesia (BI) berani menurunkan BI rate sebesar 0,5% dari 9,25% menjadi sebesar 8,75%. Penurunan yang terbilang besar ini telah memperhitungkan pencapaian inflasi untuk jangka menengah dan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi sepanjang 2009. "Imbangan risiko pada tahun ini menghendaki arah kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengawal inflasi dan sektor keuangan," kata Gubernur BI Boediono. Apalagi,indikator awal perekonomian memperlihatkan indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat turunnya komponen permintaan agregat ekspor dan investasi. Bank sentral telah membebek bank sentral lainnya, mengikis suku bunga acuannya untuk mendorong konsumsi domestik. Apalagi, resesi global juga telah mengiris permintaan ekspor dari Asia. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengharapkan perekonomian Indonesia akan menggelinding sebesar 5% tahun ini. Angka ini merupakan yang paling mini sejak 2002. "Penyusutan suku bunga patokan ini membuat bank-bank komersial harus menyesuaikan diri dengan memendekkan jarak suku bunganya dan memiliki dampak yang lebih besar terhadap bunga kredit untuk menopang bisnis domestik," kata Enrico Tanuwidjaja, ekonom Oversea- Chinese Banking Corp. di Singapore. Menurut Enrico, pemotongan bulan lalu hanyalah awal dari kebijakan moneter untuk menenangkan siklus (perekonomian-red). Menguatnya rupiah terhadap dolar AS bulan lalu memberi ruang bagi bank sentral untuk menyusutkan biaya peminjaman. Mata uang rupiah telah kembali menyusutkan penguatan hari ini setelah keputusan pemangkasan BI Rate diumumkan, dan diperdagangkan di level Rp 10.950 per dolar AS. sebelum pengumuman, rupiah diperdagangkan Rp 10.880 per dolar AS. Pada awal Desember lalu, bank sentral telah meringkas suku bunga patokannya dari 9,5% menjadi Rp 9,25%. Itu merupakan pemangkasan pertama dalam setahun. Pengurangan biaya pinjaman ini tidak bisa mengerem laju penurunan penjualan Toyota Motor Corp. di pasar lokal.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI Rate Turun Jadi 8,75%
JAKARTA. Untuk yang pertama kalinya, Bank Indonesia (BI) berani menurunkan BI rate sebesar 0,5% dari 9,25% menjadi sebesar 8,75%. Penurunan yang terbilang besar ini telah memperhitungkan pencapaian inflasi untuk jangka menengah dan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi sepanjang 2009. "Imbangan risiko pada tahun ini menghendaki arah kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengawal inflasi dan sektor keuangan," kata Gubernur BI Boediono. Apalagi,indikator awal perekonomian memperlihatkan indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat turunnya komponen permintaan agregat ekspor dan investasi. Bank sentral telah membebek bank sentral lainnya, mengikis suku bunga acuannya untuk mendorong konsumsi domestik. Apalagi, resesi global juga telah mengiris permintaan ekspor dari Asia. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengharapkan perekonomian Indonesia akan menggelinding sebesar 5% tahun ini. Angka ini merupakan yang paling mini sejak 2002. "Penyusutan suku bunga patokan ini membuat bank-bank komersial harus menyesuaikan diri dengan memendekkan jarak suku bunganya dan memiliki dampak yang lebih besar terhadap bunga kredit untuk menopang bisnis domestik," kata Enrico Tanuwidjaja, ekonom Oversea- Chinese Banking Corp. di Singapore. Menurut Enrico, pemotongan bulan lalu hanyalah awal dari kebijakan moneter untuk menenangkan siklus (perekonomian-red). Menguatnya rupiah terhadap dolar AS bulan lalu memberi ruang bagi bank sentral untuk menyusutkan biaya peminjaman. Mata uang rupiah telah kembali menyusutkan penguatan hari ini setelah keputusan pemangkasan BI Rate diumumkan, dan diperdagangkan di level Rp 10.950 per dolar AS. sebelum pengumuman, rupiah diperdagangkan Rp 10.880 per dolar AS. Pada awal Desember lalu, bank sentral telah meringkas suku bunga patokannya dari 9,5% menjadi Rp 9,25%. Itu merupakan pemangkasan pertama dalam setahun. Pengurangan biaya pinjaman ini tidak bisa mengerem laju penurunan penjualan Toyota Motor Corp. di pasar lokal.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News