JAKARTA. Arus modal masuk atau inflow dalam investasi portofolio selama ini menjadi penutup besarnya defisit neraca transaksi berjalan sehingga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) bisa mencatat surplus. Penurunan Bank Indonesia (BI) rate menjadi 7,5% tidak akan menyurut minat investor untuk masuk ke pasar Tanah Air. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Juda Agung mengatakan, neraca pembayaran masih bisa surplus. Kebijakan BI yang menurunkan suku bunga sudah memperhitungkan dampak terhadap inflow portofolio. Ada dua alasan kuat BI. Pertama, likuiditas global masih besar setelah dimulainya kebijakan stimulus quantitative easing dari ECB (Bank Sentral Eropa). ECB akan membeli obligasi pemerintah Uni Eropa hingga € 50 miliar per bulan. Program pembelian ini akan dimulai Maret 2015 mendatang hingga akhir 2016.
BI Rate turun, NPI tetap bisa surplus
JAKARTA. Arus modal masuk atau inflow dalam investasi portofolio selama ini menjadi penutup besarnya defisit neraca transaksi berjalan sehingga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) bisa mencatat surplus. Penurunan Bank Indonesia (BI) rate menjadi 7,5% tidak akan menyurut minat investor untuk masuk ke pasar Tanah Air. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Juda Agung mengatakan, neraca pembayaran masih bisa surplus. Kebijakan BI yang menurunkan suku bunga sudah memperhitungkan dampak terhadap inflow portofolio. Ada dua alasan kuat BI. Pertama, likuiditas global masih besar setelah dimulainya kebijakan stimulus quantitative easing dari ECB (Bank Sentral Eropa). ECB akan membeli obligasi pemerintah Uni Eropa hingga € 50 miliar per bulan. Program pembelian ini akan dimulai Maret 2015 mendatang hingga akhir 2016.