JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6% akan membawa dampak positif bagi pasar obligasi domestik. Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra melihat penurunan BI rate akan mendorong investor perbankan untuk membeli SUN jangka pendek. Selain itu, investor asing juga akan masuk ke SUN karena dinilai menguntungkan. "Asing masuk secara bertahap karena saat ini masih cenderung wait and see, mencermati perkembangan krisis surat utang di Eropa," ujar Made, Jakarta, Minggu (13/11). Dengan masuknya investor baik domestik maupun asing tersebut, yield akan turun dan harga SUN akan terkerek naik. Made menduga, hingga akhir tahun nanti yield obligasi bertenor 5 tahun akan turun di kisaran 5% hingga 5,25% dibandingkan saat ini yang sekitar 5,5%. Untuk tenor 10 tahun akan turun di kisaran 5,75% hingga 5,95% dibandingkan saat ini yang sekitar 6,15% hingga 6,2%. Sedangkan untuk tenor 20 tahun akan di kisaran 6,85% hingga 6,95% dibandingkan saat ini yang berada di kisaran 7,2% hingga 7,25%. Kenaikan harga tersebut akan menahan investor asing di pasar SUN. Apalagi, kata Made, fundamental dalam negeri masih bagus sehingga asing akan melirik Indonesia. Sementara itu, pasar keuangan di luar negeri masih tidak stabil sehingga menempatkan dana di Indonesia dinilai masih memberikan keuntungan yang tinggi. Di Amerika Serikat, misalnya, langkah bank sentral The Fed yang memberikan sinyalemen akan mempertahankan suku bunga rendah hingga pertengahan 2013 akan berdampak pada rendahnya imbal hasil surat utang AS (US Treasury). "Selisih imbal hasil US treasury dan imbal hasil SUN masih lebar. Asalkan nilai tukar rupiah tetap stabil di kisaran saat ini, investor asing masih akan bertahan di SUN," tutur dia. Kesempatan obligasi korporasi Analis menilai penurunan BI rate merupakan kesempatan emiten untuk menerbitkan obligasi korporasi sebagai sumber pendanaan. Sebab, beban emiten akan semakin kecil karena imbal hasil obligasi korporasi juga semakin turun. "Apalagi penurunan BI rate belum diikuti penurunan suku bunga kredit perbankan. Emiten akan memilih menerbitkan obligasi korporasi sebagai sumber pendanaan dibandingkan meminjam di bank karena mahal," ujar dia, Jakarta, Minggu (13/11). Selain itu, investor juga akan menyerbu obligasi korporasi karena imbal hasilnya lebih tinggi dibandingkan SUN. Menurut dia, yield SUN akan turun seiring penurunan BI Rate. Analis Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan obligasi korporasi tahun depan akan semakin ramai dengan masuknya investor asing. Menurut dia, asing akan masuk seiring dengan naiknya peringkat surat utang Indonesia menjadi investment grade. "Selama ini obligasi korporasi itu hanya mengandalkan pembeli domestik. Tahun depan, asing akan masuk dan membuat yield dan harga obligasi korporasi semakin menarik," tutur dia.
BI rate turun, peluang masuk obligasi korporasi
JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6% akan membawa dampak positif bagi pasar obligasi domestik. Analis obligasi NC Securities I Made Adi Saputra melihat penurunan BI rate akan mendorong investor perbankan untuk membeli SUN jangka pendek. Selain itu, investor asing juga akan masuk ke SUN karena dinilai menguntungkan. "Asing masuk secara bertahap karena saat ini masih cenderung wait and see, mencermati perkembangan krisis surat utang di Eropa," ujar Made, Jakarta, Minggu (13/11). Dengan masuknya investor baik domestik maupun asing tersebut, yield akan turun dan harga SUN akan terkerek naik. Made menduga, hingga akhir tahun nanti yield obligasi bertenor 5 tahun akan turun di kisaran 5% hingga 5,25% dibandingkan saat ini yang sekitar 5,5%. Untuk tenor 10 tahun akan turun di kisaran 5,75% hingga 5,95% dibandingkan saat ini yang sekitar 6,15% hingga 6,2%. Sedangkan untuk tenor 20 tahun akan di kisaran 6,85% hingga 6,95% dibandingkan saat ini yang berada di kisaran 7,2% hingga 7,25%. Kenaikan harga tersebut akan menahan investor asing di pasar SUN. Apalagi, kata Made, fundamental dalam negeri masih bagus sehingga asing akan melirik Indonesia. Sementara itu, pasar keuangan di luar negeri masih tidak stabil sehingga menempatkan dana di Indonesia dinilai masih memberikan keuntungan yang tinggi. Di Amerika Serikat, misalnya, langkah bank sentral The Fed yang memberikan sinyalemen akan mempertahankan suku bunga rendah hingga pertengahan 2013 akan berdampak pada rendahnya imbal hasil surat utang AS (US Treasury). "Selisih imbal hasil US treasury dan imbal hasil SUN masih lebar. Asalkan nilai tukar rupiah tetap stabil di kisaran saat ini, investor asing masih akan bertahan di SUN," tutur dia. Kesempatan obligasi korporasi Analis menilai penurunan BI rate merupakan kesempatan emiten untuk menerbitkan obligasi korporasi sebagai sumber pendanaan. Sebab, beban emiten akan semakin kecil karena imbal hasil obligasi korporasi juga semakin turun. "Apalagi penurunan BI rate belum diikuti penurunan suku bunga kredit perbankan. Emiten akan memilih menerbitkan obligasi korporasi sebagai sumber pendanaan dibandingkan meminjam di bank karena mahal," ujar dia, Jakarta, Minggu (13/11). Selain itu, investor juga akan menyerbu obligasi korporasi karena imbal hasilnya lebih tinggi dibandingkan SUN. Menurut dia, yield SUN akan turun seiring penurunan BI Rate. Analis Citi Indonesia Helmi Arman mengatakan obligasi korporasi tahun depan akan semakin ramai dengan masuknya investor asing. Menurut dia, asing akan masuk seiring dengan naiknya peringkat surat utang Indonesia menjadi investment grade. "Selama ini obligasi korporasi itu hanya mengandalkan pembeli domestik. Tahun depan, asing akan masuk dan membuat yield dan harga obligasi korporasi semakin menarik," tutur dia.