JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional Indonesia, khususnya kegiatan impor yang dilakukan industri manufaktur. Sebab, sebagian besar bahan baku industri tersebut, diperoleh dari impor. Sayangnya, pelemahan rupiah selalu lebih dalam dibandingkan dengan inflasinya. Hal ini bisa membuat industri yang bahan bakunya berbasis impor kesulitan untuk menaikkan harga jual yang setara dengan kenaikan beban impor bahan bakunya. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai kurs rupiah saat ini sudah cukup baik untuk pebisnis. Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, hal tersebut dilihat dari konsep Real Effective Exchange Rates (REER) yang mencerminkan kekuatan daya saing perdagangan Indonesia. "Saat ini REER Indonesia sekitar 95-96 (undervalue di bawah 100) yang cukup membuat rupiah competitive, khususnya untuk mendukung ekspor," kata Dody kepada KONTAN, Rabu (8/2). Lebih lanjut menurut Dody, bagi BI, penting untuk menjaga nilai tukar nominal sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan volatilitas yang juga terjaga. Oleh karena itu, pihaknya memproyeksi pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua tahun ini akan lebih tinggi dari kuartal pertama yang tercatat sebesar 4,21% YoY. Namun, ia juga mengakui pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua 2017 berpotensi lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya. "Tetapi kami tunggu hari Senin angka rilis PDB (Produk Domestik Bruto)," tambahnya.
BI: Rupiah masih kompetitif untuk ekspor
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan perdagangan internasional Indonesia, khususnya kegiatan impor yang dilakukan industri manufaktur. Sebab, sebagian besar bahan baku industri tersebut, diperoleh dari impor. Sayangnya, pelemahan rupiah selalu lebih dalam dibandingkan dengan inflasinya. Hal ini bisa membuat industri yang bahan bakunya berbasis impor kesulitan untuk menaikkan harga jual yang setara dengan kenaikan beban impor bahan bakunya. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menilai kurs rupiah saat ini sudah cukup baik untuk pebisnis. Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, hal tersebut dilihat dari konsep Real Effective Exchange Rates (REER) yang mencerminkan kekuatan daya saing perdagangan Indonesia. "Saat ini REER Indonesia sekitar 95-96 (undervalue di bawah 100) yang cukup membuat rupiah competitive, khususnya untuk mendukung ekspor," kata Dody kepada KONTAN, Rabu (8/2). Lebih lanjut menurut Dody, bagi BI, penting untuk menjaga nilai tukar nominal sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan volatilitas yang juga terjaga. Oleh karena itu, pihaknya memproyeksi pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua tahun ini akan lebih tinggi dari kuartal pertama yang tercatat sebesar 4,21% YoY. Namun, ia juga mengakui pertumbuhan industri manufaktur kuartal kedua 2017 berpotensi lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya. "Tetapi kami tunggu hari Senin angka rilis PDB (Produk Domestik Bruto)," tambahnya.