JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, pasokan dollar di pasar kian menyusut. Hal tersebut makin memacu nilai tukar rupiah makin terpuruk. Deputi Direktur Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Wiwiek Sisto Widayat menjabarkan, ada tiga penyebab mengapa rupiah semakin tertekan.Pertama, lebih dari 15% devisa hasil ekspor (DHE) masih enggan masuk ke Indonesia."Meski BI sudah menerbitkan aturan yang ketat, tetap saja sulit menggiring semua DHE tersebut masuk," ujarnya.Kedua, permintaan dollar oleh beberapa perusahaan sangat besar. Khususnya perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang belanja modalnya banyak menggunakan dollar seperti Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)."Jika permintaan dollar dua perusahaan ini dikurangi, hal itu bisa sangat menolong rupiah," jelas Wiwiek.Ketiga, impor beberapa komoditas yang terlalu besar seperti minyak, bahan bakar dan spare part otomotif.Hingga saat ini, posisi rupiah masih tertekan dan belum ada tanda-tanda bangkit. Bank sentral belum mengetahui apakah rupiah akan menuju level Rp 12.500 seperti tahun 2008 atau tidak.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI: Rupiah melemah akibat tiga faktor ini
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, pasokan dollar di pasar kian menyusut. Hal tersebut makin memacu nilai tukar rupiah makin terpuruk. Deputi Direktur Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Wiwiek Sisto Widayat menjabarkan, ada tiga penyebab mengapa rupiah semakin tertekan.Pertama, lebih dari 15% devisa hasil ekspor (DHE) masih enggan masuk ke Indonesia."Meski BI sudah menerbitkan aturan yang ketat, tetap saja sulit menggiring semua DHE tersebut masuk," ujarnya.Kedua, permintaan dollar oleh beberapa perusahaan sangat besar. Khususnya perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang belanja modalnya banyak menggunakan dollar seperti Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)."Jika permintaan dollar dua perusahaan ini dikurangi, hal itu bisa sangat menolong rupiah," jelas Wiwiek.Ketiga, impor beberapa komoditas yang terlalu besar seperti minyak, bahan bakar dan spare part otomotif.Hingga saat ini, posisi rupiah masih tertekan dan belum ada tanda-tanda bangkit. Bank sentral belum mengetahui apakah rupiah akan menuju level Rp 12.500 seperti tahun 2008 atau tidak.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News