BI Sebut NIM Bank Makin Tinggi di Era Suku Bunga Rendah, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencermati suku bunga kredit perbankan dalam tren terus menurun. Ini tak terlepas dari bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas perbankan yang longgar.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun. Masing-masing sebesar 26 bps dan 131 bps sejak Desember 2020 menjadi 2,78% dan 2,96% pada Desember 2021.

Lanjutnya, di pasar kredit, penurunan SBDK perbankan terus berlanjut, diikuti penurunan suku bunga kredit baru pada seluruh kelompok Bank. Aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang meningkat mendorong perbaikan persepsi risiko perbankan, sehingga berdampak positif bagi penurunan suku bunga kredit baru.


"Namun demikian, penurunan suku bunga kredit yang jauh lebih lambat daripada penurunan suku bunga deposito perbankan menyebabkan spread antara suku bunga kredit dan deposito, serta Net Interest Margin (NIM) perbankan, terus mengalami peningkatan," ujar Perry secara virtual pada Kamis (20/1).

Baca Juga: Ini Sederet Rencana Aksi Korporasi BNI Sepanjang 2022

Oleh sebab itu, Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat ditingkatkan. Supaya bisa semakin mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Perry menyatakan intermediasi perbankan terus membaik dengan pertumbuhan kredit sebesar 5,24% yoy pada Desember 2021. Pertumbuhan kredit lebih merata pada semua jenis penggunaan, baik kredit modal kerja, kredit konsumsi maupun kredit investasi, yang masing-masing tumbuh 6,32% yoy, 4,67% yoy, dan 4,01% yoy.

"Permintaan kredit dari sisi korporasi terindikasi semakin meningkat, sementara dari sisi penawaran perbankan menurunkan standar penyaluran kredit terutama pada sektor-sektor prioritas seiring dengan menurunnya persepsi risiko kredit," jelasnya.

Adapun pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat signifikan didorong oleh meningkatnya permintaan sejalan dengan pemulihan aktivitas dunia usaha serta dukungan program Pemerintah.

Baca Juga: BI Mulai Tapering Maret 2022, Diawali dengan Menaikkan GWM

Bank sentral  terus menempuh kebijakan makroprudensial akomodatif, baik melanjutkan kebijakan akomodatif yang telah ada maupun perluasan kebijakan makroprudensial untuk mendorong sektor-sektor prioritas dan UMKM.

"Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit pada 2022 pada kisaran 6%-8% dan pertumbuhan DPK pada kisaran 7%-9%," pungkasnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi