JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi yang berlari terlalu kencang hingga ke angka 7% tahun ini tidak akan sehat. Pasalnya, hingga sekarang struktur ekonomi Indonesia masih menyimpan kelemahan yang membuka peluang terjadinya overheating alias kelebihan beban. Kondisi overheating bisa terjadi kalau kapasitas produksi dalam negeri tak mampu mengimbangi kebutuhan barang produksi. Imbasnya, keran impor akan kian mengucur deras. Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution menuturkan, kemampuan industri nasional untuk menghasilkan bahan baku masih tergolong minim. Dus, ketika terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan mengimpor bahan baku (barang modal) pun ikut melesat naik. "Industri penghasil bahan baku apalagi barang modal masih lemah, sehingga setiap ekonomi tumbuh mendekati angka 7%, impor akan meningkat cepat," jelasnya di Jakarta, Kamis (6/5). Peningkatan impor barang juga akan mendorong defisit neraca berjalan, meskipun pertumbuhan ekonomi tercatat naik. Bila sudah demikian, para stakeholder alias pemangku kepentingan akan dipaksa untuk mencari jalan keluar mengantisipasi terjadinya defisit tersebut. "Jika defisit ekonomi terjadi, kita bisa overheated," kata Darmin.
BI: Struktur Lemah, Ekonomi Indonesia Rentan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan ekonomi yang berlari terlalu kencang hingga ke angka 7% tahun ini tidak akan sehat. Pasalnya, hingga sekarang struktur ekonomi Indonesia masih menyimpan kelemahan yang membuka peluang terjadinya overheating alias kelebihan beban. Kondisi overheating bisa terjadi kalau kapasitas produksi dalam negeri tak mampu mengimbangi kebutuhan barang produksi. Imbasnya, keran impor akan kian mengucur deras. Pjs. Gubernur BI Darmin Nasution menuturkan, kemampuan industri nasional untuk menghasilkan bahan baku masih tergolong minim. Dus, ketika terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan mengimpor bahan baku (barang modal) pun ikut melesat naik. "Industri penghasil bahan baku apalagi barang modal masih lemah, sehingga setiap ekonomi tumbuh mendekati angka 7%, impor akan meningkat cepat," jelasnya di Jakarta, Kamis (6/5). Peningkatan impor barang juga akan mendorong defisit neraca berjalan, meskipun pertumbuhan ekonomi tercatat naik. Bila sudah demikian, para stakeholder alias pemangku kepentingan akan dipaksa untuk mencari jalan keluar mengantisipasi terjadinya defisit tersebut. "Jika defisit ekonomi terjadi, kita bisa overheated," kata Darmin.