JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meyakinkan, tekanan inflasi tahun ini bila pemerintah jadi mengeluarkan kebijakan terkait bahan bakar minyak (BBM) tidak setinggi yang diekspektasi pasar. Perhitungan BI kisaran inflasi bila pemerintah menerapkan kebijakan BBM adalah 4,7%-6,6%. Hal ini tergantung pada bentuk kebijakan yang akan diambil. Kepala Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo memaparkan bila pemerintah memutuskan membatasi konsumsi BBM subsidi untuk mobil pribadi Jawa-Bali dengan CC tertentu, maka dampak inflasinya tidak akan terlalu besar. "Kalau seluruh mobil pribadi tidak boleh dapat BBM subsidi, tambahannya terhadap inflasi bisa 0,7%. Tetapi kalau pembatasannya tidak ke seluruh mobil pribadi, tambahannya lebih rendah yaitu sekitar 0,3%," papar Perry, Selasa (17/4). Sebagai catatan, BI memperkirakan bila pemerintah sama sekali tidak menerapkan kebijakan terkait BBM, inflasi akhir tahun ini sebesar 4,4%. Sementara itu, bila kebijakan yang diambil adalah menaikkan harga BBM subsidi Rp 1.500 per liter bobot inflasinya bisa mencapai 2,45%. Hanya saja, dengan adanya kompensasi dari pemerintah ke sektor transportasi sebesar Rp 5 triliun bila BBM naik, maka bobot inflasi pun menipis. "Perhitungan ulang kami kalau pakai kompensasi dampak tambahannya menjadi 2,2%. Ini karena dengan kompensasi tarif angkutan umum bisa lebih rendah," ujar Perry. Dengan kalkulasi di atas, maka bila yang dilakukan pemerintah hanya pembatasan penggunaan subsidi mobil pribadi, inflasi bisa mencapai 4,7% (4,4% + 0,3%). Sedangkan jika pilihannya menaikkan harga, maka inflasi bisa menyentuh 6,6% (4,4% + 2,2%). Perhitungan ini lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya yang mencapai 7%. Adapun pertumbuhan ekonomi tahun diperkirakan bisa berada di level 6,4%. Perry menambahkan BI tetap meyakini dampak kenaikan inflasi tersebut bersifat sementara atau berlangsung sekitar tiga bulan saja setelah kebijakan itu diterapkan. "Untuk tahun 2013 kami optimistis kondisi makro ekonomi akan kembali ke tren jangka menengah-panjang. Pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,4%-6,8%. Inflasi terkendali di level 4,5% plus/minus 1%," kata Perry.
BI: Subsidi BBM mobil pribadi bisa tekan inflasi
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meyakinkan, tekanan inflasi tahun ini bila pemerintah jadi mengeluarkan kebijakan terkait bahan bakar minyak (BBM) tidak setinggi yang diekspektasi pasar. Perhitungan BI kisaran inflasi bila pemerintah menerapkan kebijakan BBM adalah 4,7%-6,6%. Hal ini tergantung pada bentuk kebijakan yang akan diambil. Kepala Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo memaparkan bila pemerintah memutuskan membatasi konsumsi BBM subsidi untuk mobil pribadi Jawa-Bali dengan CC tertentu, maka dampak inflasinya tidak akan terlalu besar. "Kalau seluruh mobil pribadi tidak boleh dapat BBM subsidi, tambahannya terhadap inflasi bisa 0,7%. Tetapi kalau pembatasannya tidak ke seluruh mobil pribadi, tambahannya lebih rendah yaitu sekitar 0,3%," papar Perry, Selasa (17/4). Sebagai catatan, BI memperkirakan bila pemerintah sama sekali tidak menerapkan kebijakan terkait BBM, inflasi akhir tahun ini sebesar 4,4%. Sementara itu, bila kebijakan yang diambil adalah menaikkan harga BBM subsidi Rp 1.500 per liter bobot inflasinya bisa mencapai 2,45%. Hanya saja, dengan adanya kompensasi dari pemerintah ke sektor transportasi sebesar Rp 5 triliun bila BBM naik, maka bobot inflasi pun menipis. "Perhitungan ulang kami kalau pakai kompensasi dampak tambahannya menjadi 2,2%. Ini karena dengan kompensasi tarif angkutan umum bisa lebih rendah," ujar Perry. Dengan kalkulasi di atas, maka bila yang dilakukan pemerintah hanya pembatasan penggunaan subsidi mobil pribadi, inflasi bisa mencapai 4,7% (4,4% + 0,3%). Sedangkan jika pilihannya menaikkan harga, maka inflasi bisa menyentuh 6,6% (4,4% + 2,2%). Perhitungan ini lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya yang mencapai 7%. Adapun pertumbuhan ekonomi tahun diperkirakan bisa berada di level 6,4%. Perry menambahkan BI tetap meyakini dampak kenaikan inflasi tersebut bersifat sementara atau berlangsung sekitar tiga bulan saja setelah kebijakan itu diterapkan. "Untuk tahun 2013 kami optimistis kondisi makro ekonomi akan kembali ke tren jangka menengah-panjang. Pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,4%-6,8%. Inflasi terkendali di level 4,5% plus/minus 1%," kata Perry.