JAKARTA. Chief Advisor World Economic Xavier Sala-i-Martin menyarankan agar Bank Indonesia (BI) bisa mencari cara pengendalian capital inflow yang paling halus tanpa harus terjebak kebijakan yang mengarah pada proteksionisme. Pendapatan itu ia lontarkan dalam acara Mandiri Economic Forum di Jakarta, hari ini (2/11).Xavier melihat, BI pasti akan sangat berhati-hati menangani capital inflow yang semakin membanjir akhir-akhir ini. Menurut Xavier, saat ini BI dihadapkan pada dilema dua hal sekaligus, yakni bagaimana menjaga currency dan capital inflow yang semakin naik. "Saya lihat BI sangat berhati-hati mengingat sejarah tahun 1997-1998 lalu ketika terjadi pembalikan dana besar-besaran, BI pasti akan mencermati dan belajar dari masa lalu," katanya.Penerapan pajak modal asing seperti yang ditempuh Brazil dan Thailand dalam menangani imbas negatif capital inflow, menurutnya belum tentu cocok diterapkan di Indonesia. "BI harus mencari cara yang pas antara mengelola nilai tukar agar tidak volatile namun tetap bisa memitigasi risiko sudden reversal," ujar Xavier. Xavier bilang, dalam ketegangan perang mata uang saat ini, setiap negara harus bisa menolong dirinya sendiri. Mengharapkan adanya kesepakatan global agar suhu perang mata uang mereda, lebih baik dipupus. Pasalnya, forum global seperti G20 sekalipun belum bisa menghasilkan komitmen apa-apa yang sifatnya mengikat dan bisa meredakan perang mata uang saat ini. "Harus bisa mengatasi sendiri, karena forum G20 sekalipun tidak mampu menghasilkan apa-apa," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI supaya tak terjebak proteksionisme
JAKARTA. Chief Advisor World Economic Xavier Sala-i-Martin menyarankan agar Bank Indonesia (BI) bisa mencari cara pengendalian capital inflow yang paling halus tanpa harus terjebak kebijakan yang mengarah pada proteksionisme. Pendapatan itu ia lontarkan dalam acara Mandiri Economic Forum di Jakarta, hari ini (2/11).Xavier melihat, BI pasti akan sangat berhati-hati menangani capital inflow yang semakin membanjir akhir-akhir ini. Menurut Xavier, saat ini BI dihadapkan pada dilema dua hal sekaligus, yakni bagaimana menjaga currency dan capital inflow yang semakin naik. "Saya lihat BI sangat berhati-hati mengingat sejarah tahun 1997-1998 lalu ketika terjadi pembalikan dana besar-besaran, BI pasti akan mencermati dan belajar dari masa lalu," katanya.Penerapan pajak modal asing seperti yang ditempuh Brazil dan Thailand dalam menangani imbas negatif capital inflow, menurutnya belum tentu cocok diterapkan di Indonesia. "BI harus mencari cara yang pas antara mengelola nilai tukar agar tidak volatile namun tetap bisa memitigasi risiko sudden reversal," ujar Xavier. Xavier bilang, dalam ketegangan perang mata uang saat ini, setiap negara harus bisa menolong dirinya sendiri. Mengharapkan adanya kesepakatan global agar suhu perang mata uang mereda, lebih baik dipupus. Pasalnya, forum global seperti G20 sekalipun belum bisa menghasilkan komitmen apa-apa yang sifatnya mengikat dan bisa meredakan perang mata uang saat ini. "Harus bisa mengatasi sendiri, karena forum G20 sekalipun tidak mampu menghasilkan apa-apa," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News