KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan alias BI rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 19-20 November 2024. Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, keputusan tersebut merupakan hal yang positif. Menurutnya, ada beberapa faktor utama yang mendasari keputusan tersebut. Asmo, nama sapaannya mengatakan, setelah terpilihnya Presiden Donald Trump, risiko inflasi Amerika Serikat (AS) semakin meningkat, terutama dengan adanya kebijakan seperti kenaikan tarif impor dan produk-produk dari China.
Ia juga mengatakan bahwa dengan tingginya inflasi di AS, ada ekspektasi pasar agar Bank Indonesia (BI) tidak melakukan pemangkasan suku bunga yang terlalu agresif. Menurutnya, kondisi tersebut dapat mempengaruhi aliran modal global, dengan sebagian modal kembali mengalir ke negara maju, termasuk AS.
Baca Juga: Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan BI Rate di Level 6% Pada November 2024 Asmo juga menekankan pentingnya langkah hati-hati dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik. Menurutnya, keputusan BI untuk tetap menjaga suku bunga acuan di level 6% sangat tepat dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan menghindari gejolak yang dapat berdampak pada inflasi domestik, baik yang disebabkan oleh faktor domestik maupun impor. "Walaupun memang proyeksi kami mungkin angka inflasi di domestik itu bisa berada di bawah 2,4% di tahun ini kalau kita lihat dari year to date," ujar Asmo dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (20/11). Ia melihat BI masih memiliki ruang untuk melakukan penurunan suku bunga jika ketidakpastian kebijakan global mulai mereda.
Baca Juga: BI: Kebijakan Perdagangan AS di Bawah Trump Berdampak pada Ekonomi China Hingga Eropa Asmo memperkirakan dalam 1-2 bulan mendatang, situasi ketidakpastian ini mungkin akan mulai jelas setelah pelantikan Trump. Dengan stabilnya situasi global, kemungkinan besar BI dapat mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut. "Tapi overall memang kita masih melihat ada ruang pemangkasan sekubu ngacuan harusnya kalau memang awan kelabunya dari uncertainty policy tadi sudah mulai hilang harusnya. Nah kapan itu? Bayangan saya mungkin kalau policy-nya ini mungkin 1-2 bulan ini akan keluar satu persatu sambil menuju ditunggu dilantiknya Presiden Donald Trump, nah ini baru akan kelihatan," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat