BI Tahan Suku Bunga Acuan, Intip Strategi Investasi di Tengah Ancaman Aksi Jual Asing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5%, nampaknya hanya memberikan angin segar jangka pendek terhadap bursa saham. 

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menilai keputusan ini masih dianggap menjadi katalis positif, lantaran kebijakan tersebut masih dianggap pro pada pertumbuhan ekonomi yang saat ini masih dalam tahap pemulihan.

Praska memproyeksikan sepekan ke depan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) punya kecenderungan melemah. Dia memperkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 6.930-7.100. 


Perlu diingat keputusan BI ini berbalik arah dengan The Fed yang terus agresif mengerek bunganya. Saat ini tingkat suku bunga acuan The Fed berada di level 1,5% - 1,75%. 

Baca Juga: Harga Saham GOTO Stagnan, BBRI Memerah di Perdagangan Bursa Kamis (23/6)

Dengan begitu, spread alias selisih antara bunga BI dengan bunga The Fed semakin menyempit. Kecilnya jarak tersebut bisa menjadi pemicu terjadinya outflow di pasar modal Indonesia. 

"Dalam jangka menengah panjang, hal ini diperkirakan dapat memicu arus dana investor asing keluar, yang mana hal ini sudah terefleksi di pasar saham yang dalam sepekan terakhir," kata Praska saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/6). 

Mengutip RTI, dalam sepekan terakhir ini asing tercatat melakukan aksi jual bersih atau net foreign sell senilai Rp 3,89 triliun di seluruh pasar. Adapun pada perdagangan Kamis (23/6), net sell asing mencapai Rp 1,70 triliun. 

Dia berpendapat investor perlu mewaspadai adanya potensi aksi jual oleh investor asing dan rilis data inflasi di bulan-bulan berikutnya yang bisa memicu terjadinya outflow

"Jika inflasi domestik terus menanjak naik, tidak menutup kemungkinan akan semakin besar net sell investor asing jika suku bunga acuan masih dipertahankan stabil," imbuhnya. 

Baca Juga: IHSG Menguat 0,20% ke 6.998 di Perdagangan Kamis (23/6), Asing Lepas SMMA, BBRI, TLKM

Di tengah sentimen yang ada, Praska menyarankan investor untuk  melakukan strategi average down atas saham-saham dengan prospek sektor dan fundamental emiten yang potensial. 

Selain itu, secara racikan portofolio, dominasi alokasi pada instrumen berbasis pendapatan tetap, seperti deposito dan surat utang. Kedua aset itu dapat menjadi alternatif untuk meminimalkan dampak gejolak pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi