KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate dalam Rapat Dewan Gubernur BI September 2021 di level 3,50%. Analis Philip Sekuritas Michael Filbery mengatakan, ada sejumlah sektor yang mendulang untung di era suku bunga rendah saat ini, misalnya saja sektor perbankan dan properti. Dari sektor perbankan, Michael menjelaskan, minat masyarakat terhadap kredit konsumsi akan lebih tinggi ketika suku bunga masih tetap rendah. Ia berharap, kebijakan ini dapat mengkompensasi potensi penurunan permintaan kredit sepanjang Agustus lalu akibat adanya pembatasan sosial, usai Juli lalu sempat ada kenaikan penyaluran kredit konsumsi sebesar 2,4%.
Selain itu, tren bunga murah juga berpeluang untuk menurunkan rasio kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) bagi perbankan setelah mengalami peningkatan di Juli 2021 akibat Covid-19.
Baca Juga: BI pertahankan suku bunga acuan, saham emiten properti kompak menguat “Tren bunga rendah disusul perpanjangan restrukturisasi kredit oleh pemerintah diharapkan dapat menekan laju NPL perbankan, khususnya NPL dari kredit di sektor pertambangan,” ujarnya ketika dihubungi Kontan, Selasa (21/9). Michael memproyeksi kinerja perbankan hingga akhir tahun ini dapat melanjutkan kenaikan laba bersih seperti realisasi pada semester 1. Hal ini juga didukung oleh peningkatan kualitas aset, yang sudah tercermin dari penurunan
outstanding kredit restrukturisasi Covid-19 yang terbilang signifikan. Ia menambahkan,
cost of fund yang rendah juga ikut mendukung kinerja perbankan hingga akhir tahun. Dari jajaran saham perbankan, Michael menilai saham BBNI, BMRI, BBRI, dan BBCA cukup menarik untuk dicermati. “Saham-saham tersebut menarik karena beberapa emiten perbankan tersebut telah melakukan aksi korporasi,” tambah Michael. Dari
BBRI, mereka akan menggunakan dana hasil
rights issue untuk memperkuat pertumbuhan bisnis, terutama untuk bisnis di segmen mikro melalui pembentukan ekosistem ultra mikro. Adanya ekosistem ini nantinya akan membantu memberikan akses layanan keuangan yang lebih mumpuni kepada segmen ultra mikro (UMi) di Indonesia.
Baca Juga: Kinerja semester I-2021 ciamik, begini rekomendasi saham Indofood (INDF) Kemudian, sambungnya, ada BBNI yang di awal kuartal 3 mulai melakukan aksi
buyback setelah mencermati harga sahamnya yang masih
undervalued. Berikutnya, BBCA juga telah melakukan
stocksplit, sehingga harga saham menjadi lebih terjangkau.
Ia memasang target harga Rp 6.200 untuk BBNI, BMRI dengan TP Rp 7.000, BBRI dengan TP Rp 4.500, dan BBCA dengan TP 35.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi