BI targetkan inflasi bisa 3,5% di 2018



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi hingga minggu ketiga bulan Juli 2017 Sebesar 0,18%. Jika terus stabil, total inflasi hingga akhir tahun bisa berkisar 3,84%, secara year on year masih di bawah 4%.

"Kalau kami bisa terus berkoordinasi (dengan instansi lain) dan inflasi bisa terus terjaga di sepanjang 2017, tentu bisa mencapai kondisi di kisaran 4% atau bahkan di bawahnya," tutur Agus Martowardojo, Gubernur BI dengan nada optimistis, Kamis (27/7).

Sebab Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan untuk saat ini Indonesia harus masuk era inflasi rendah dan stabil. Dengan inflasi yang cenderung rendah dan stabil, diharapkan daya beli ikut terjaga, tingkat bunga bisa terpangkas dan iklim investasi makin baik.


"Iklim investasi bisa makin baik karena para pelaku usaha bisa menjaga biaya produksi, sehingga investasi otomatis naik," katanya

Sebab ada poin penting yang dapat dihasilkan jika inflasi rendah, yakni angka ketimpangan kemiskinan dapat ditekan dan pertumbuhan ekonomi bisa terus membaik. Pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi agar semakin kuat dan inklusi. Sehingga tidak membuat jarak antara si kaya dan si miskin makin jauh.

"Untuk menjaga inflasi agar bisa menekan angka ketimpangan, Presiden meminta antar pemerintah daerah saling berkoordinasi. Agar daerah yang kelebihan pasokan bisa mendistribusikan pada daerah yang defisit," papar Agus.

Melihat optimisme kontrak inflasi hingga pertengahan tahun 2017, Agus menyatakan, BI dan pemerintah sepakat untuk mematok target yang lebih baik di tahun 2018/2019, yakni di kisaran 2,5% - 4,5%.

"Kalau tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya, targetnya antara 3% - 5%. Mulai 2018, kami tingkatkan. Untuk permulaan awal tahun 2018, target kita mengarah kepada 3,5% +/- 1%," kata Agus. Upaya pengendalian juga telah dikoordinasikan secara terintegrasi dengan pemerintah daerah.

Tekanan inflasi yang selama ini bersumber dari tarif barang energi atau yang termasuk tarif yang diatur regulator (administered prices) menjadi perhatian bank sentral selama semester satu kemarin.

BI memahami kebutuhan pemerintah untuk penyesuaian subsidi energi, agar kondisi fiskal pemerintah lebih memadai.

Untuk mengkompensasi tekanan inflasi dari "administered prices" itu, BI dan pemerintah berkoordinasi untuk meminimalisir dampak tekanan inflasi dari harga barang bergejolak (volatile foods).

Ia berharap bila pemerintah dan BI bisa menjaga inflasi rendah, maka bakal sama seperti negara di ASEAN. Ambil contoh tingkat inflasi di Filipina yang bisa dibawah 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon