BI terus mewaspadai pelemahan rupiah



JAKARTA. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) memang ibarat pedang bermata dua bagi Indonesia. Di satu sisi, pemulihan ekonomi negeri adidaya itu bisa meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. Tapi, pemulihan ekonomi AS juga membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar loyo.

Selasa kemarin (9/12), nilai tukar rupiah bertengger di level Rp 12.347 per dollar AS. Meski menguat dibandingkan hari sebelumnya, Senin (8/12), yang sempat menclok di level Rp 12.352 per dollar, nilai tukar rupiah masih ngos-ngosan keluar dari zona Rp 12.300.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada tahun depan, BI akan terus intervensi pasar. Salah satunya, menaikkan suku bunga BI rate dari posisi saat ini sebesar 7,75%. Agus bilang, pelemahan rupiah disebabkan oleh faktor eksternal.


Pertama, dipicu oleh indikator ekonomi AS yang mulai menunjukkan penguatan. Pemulihan ekonomi di AS menyebabkan investor berbondong-bondong masuk ke pasar Negeri Paman Sam. Kedua, defisit neraca perdagangan. Kendati surplus, namun ekspor barang Indonesia pada kuartal III tahun ini turun dibanding kuartal sebelumnya.

“Ini akan diupayakan surplus dan terus dikawal supaya ada perbaikan” ujar Agus Marto, di Jakarta (9/12).

Ekonom INDEF, Eko Listianto menilai, pelemahan rupiah disebabkan beberapa faktor. Pertama, hingga akhir tahun, nilai tukar rupiah yang diperkirakan tak beranjak dari Rp12.300, disebabkan tingginya permintaan dollar AS. Kedua, pertumbuhan ekonomi AS yang mulai memasuki masa pemulihan.

Eko menyarankan, solusi efektif bagi BI untuk menguatkan rupiah ialah memperbaiki defisit transaksi berjalan. Bukan menaikkan BI rate. “Janji pemerintah memperbaiki perekonomian melalui realokasi anggaran ke sektor produktif dan perbaikan infrastruktur harus terealisasi,” ujar Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie