BI terus pantau likuiditas perbankan



BALIKPAPAN. Likuiditas perbankan diramalkan akan penuh tantangan di semester II-2017. Ekspektasi ini muncul karena kebutuhan kredit infrastruktur sudah mulai meningkat seiring dengan eksekusi proyek pemerintah pada paruh kedua tahun ini.

Untuk itu, Bank Indonesia terus memonitor likuiditas perbankan. Erwin Riyanto, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan likuiditas perbankan di Tanah Air. Menurutnya yang paling penting, likuiditas perbankan mencukupi hingga akhir tahun.

"Yang paling penting ini dimana supaya likuiditas itu cukup terus, karena kalau begitu pasar uang antara bank akan meningkat tajam sekali," kata Erwin di Balikpapan, Jumat (14/7).


Ihwal surat utang pemerintah menyebabkan pengetatan likuiditas di bank, Erwin bilang BI selalu melakukan koordinasi dengan pemerintah mengenai indikator-indikator Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disepakati. Dengan begitu BI bisa menentukan roadmap yang akan dilakukan.

"Jadi, jangan khawatirtentang itu," imbuhanya.

Pemerintah sebelumnya mematok defisit anggaran tahun ini menjadi 2,92% atau sekitar Rp 397,2 triliun, dalam RAPBN-P 2017. Untuk menutup kebutuhan pendanaan belanja, negara diperkirakan akan lebih banyak menerbitkan surat utang. Dengan maraknya penerbitan surat utang, pasar bisa jadi lebih suka menyimpan uang di obligasi negara ketimbang disalurkan sebagai kredit ke sektor riil. 

Dengan rencana negara yang terstruktur, menurut Erwin, tidak perlu ada kekhawatiran ihwal pengetatan likuiditas. "Kalau kita sudah plan seperti itu tentu saja kita bisa mitigsi risikonya," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia