JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi domestik hingga akhir 2012 akan berkisar antara 4,3%-4,4% secara year-on-year (yoy). Sedangkan untuk inflasi Agustus, bank sentral memprediksi akan sebesar 0,7%.Deputi Gubernur BI Bidang Pengelolaan Moneter Hartadi A. Sarwono mengatakan, laju inflasi itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2012 yang diperkirakan akan mencapai 6,3%."Laju inflasi memang akan naik karena permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya namun karena pasokan barang ke masyarakat di tahun ini cukup maka laju inflasi domestik tidak setinggi beberapa tahun sebelumnya," kata Hartadi saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/8).Ia menambahkan, salah satu faktor penyulut gejolak inflasi dalam jangka pendek adalah kenaikan nilai impor Indonesia yang jauh lebih besar dibandingkan ekspor. Ini menjadi indikasi bahwa struktur ekonomi Indonesia masih bergantung kepada impor untuk mencukupi kebutuhan barang masyarakat. Dengan ketergantungan yang masih besar, "Apabila terjadi gejolak terhadap perekonomian global, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik juga," jelasnya.Oleh karena itu, dalam jangka menengah dan jangka panjang sektor industri manufaktur harus dapat memproduksi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. "Ia mengaku dalam hal ini, tugas BI adalah memfasilitasinya dengan menjaga nilai tukar rupiah dan laju inflasi yang tetap stabil.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI tetap pada prediksi inflasi 4,3% tahun ini
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi domestik hingga akhir 2012 akan berkisar antara 4,3%-4,4% secara year-on-year (yoy). Sedangkan untuk inflasi Agustus, bank sentral memprediksi akan sebesar 0,7%.Deputi Gubernur BI Bidang Pengelolaan Moneter Hartadi A. Sarwono mengatakan, laju inflasi itu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2012 yang diperkirakan akan mencapai 6,3%."Laju inflasi memang akan naik karena permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya namun karena pasokan barang ke masyarakat di tahun ini cukup maka laju inflasi domestik tidak setinggi beberapa tahun sebelumnya," kata Hartadi saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/8).Ia menambahkan, salah satu faktor penyulut gejolak inflasi dalam jangka pendek adalah kenaikan nilai impor Indonesia yang jauh lebih besar dibandingkan ekspor. Ini menjadi indikasi bahwa struktur ekonomi Indonesia masih bergantung kepada impor untuk mencukupi kebutuhan barang masyarakat. Dengan ketergantungan yang masih besar, "Apabila terjadi gejolak terhadap perekonomian global, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi domestik juga," jelasnya.Oleh karena itu, dalam jangka menengah dan jangka panjang sektor industri manufaktur harus dapat memproduksi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat. "Ia mengaku dalam hal ini, tugas BI adalah memfasilitasinya dengan menjaga nilai tukar rupiah dan laju inflasi yang tetap stabil.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News