BI tidak khawatir arus modal keluar akibat The Fed



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan arus modal keluar alias capital outflow akibat adanya tapering off yang dilakukan Bank Sentral Amerika The Fed tidak akan besar. Kalaupun ada outflow bisa ditutupi dengan arus modal masuk atawa capital inflow yang semakin tinggi masuk ke pasar tanah air. Berdasarkan data BI, aliran dana masuk tiga bulan pertama 2014 mencapai US$ 5,7 miliar atau kira-kira setara dengan Rp 57 triliun.

Lalu data terbaru pada bulan April dana masuk sudah mencapai Rp 86 triliun. Dana masuk ini sudah dua kali lipat lebih besar ketimbang arus masuk setahun penuh pada tahun 2013 yang sebesar Rp 43 triliun-Rp 44 triliun. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sampai dengan sekarang ini belum ada aliran dana yang keluar.

Gubernur The Fed Janet Yellen dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 kemarin di Washington pada 10-11 April kemarin menegaskan, kalau The Fed akan memperhatikan dampak kebijakan moneter yang mereka buat terhadap pasar keuangan global.


Dampaknya terhadap negara maju ataupun negara berkembang menjadi hal yang dipertimbangkan negeri paman sam tersebut. Arah kebijakan The Fed pun sudah jelas. Pengurangan stimulus akan terus berlanjut dan pada tahun 2015 suku bunga acuan akan mulai dinaikkan. Kepastian ini tentu memberikan kenyamanan bagi investor. "Volatilitas dari global mungkin masih ada tapi tidak seburuk tahun lalu," ujar Perry, Senin (21/4).

Maka dari itu, BI melihat, kalaupun ada outflow akibat The Fed maka bisa diantisipasi dengan inflow yang tinggi. Mengenai arus modal keluar yang akan terjadi akibat repatriasi pada triwulan II, diakui Perry, merupakan faktor musiman saja. Hal ini melihat tahun lalu, arus modal keluar dalam data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencapai US$ 7 miliar akibat repatriasi. Perbaikan fundamental Indonesia seperti inflasi yang terkendali serta defisit transaksi berjalan yang membaik menjadi faktor derasnya aliran dana asing masuk. Fundamental Indonesia yang terus membaik tentu akan membuat capital inflow terus terjadi. Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat, meski ada tapering off ataupun rencana peningkatan suku bunga pada tahun depan, namun pasar Indonesia masih atraktif.

Apalagi, ada faktor politik yang ditambah dengan harapan pemerintahan yang lebih baik lima tahun mendatang menambah kepercayaan investor untuk masuk. Soal arus keluar akibat repatriasi, menurut Juniman, akan sangat tergantung dari kondisi domestik dan global. Kalau ekonomi dalam negeri Indonesia terus mengalami penguatan maka capital outlow yang terjadi tidak akan besar.

"Tidak seperti tahun lalu yang mencapai sekitar US$ 7 miliar," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan