KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mengusulkan perubahan asumsi nilai tukar rupiah untuk Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2019. Dalam rapat kerja yang digelar Badan Anggaran (Banggar) DPR, Senin (15/10), Bank Indonesia merevisi naik asumsi nilai tukar untuk tahun 2019 menjadi berkisar Rp 14.800 - Rp 15.200 per dollar Amerika Serikat (AS). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan, sebelumnya BI memprediksi nilai tukar rupiah di tahun depan berada di kisaran Rp 14.300 -Rp 14.700 per dollar AS. "Namun, sejak awal September sampai hari ini dinamika yang terjadi di global maupun dalam negeri begitu cepat," ujar Perry dalam paparannya, Senin (15/10). Perry mengatakan, tekanan pada nilai tukar menjadi sangat besar akibat adanya sentimen di negara-negara emerging market seiring dengan krisis keuangan yang dialami Turki, Argentina, dan sejumlah negara lain. Hal ini berimbas pada keluarnya aliran modal asing dari negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga nilai tukar melemah.
BI ubah asumsi nilai tukar rupiah 2019 jadi Rp 14.800 - Rp 15.200 per dollar AS
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia mengusulkan perubahan asumsi nilai tukar rupiah untuk Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2019. Dalam rapat kerja yang digelar Badan Anggaran (Banggar) DPR, Senin (15/10), Bank Indonesia merevisi naik asumsi nilai tukar untuk tahun 2019 menjadi berkisar Rp 14.800 - Rp 15.200 per dollar Amerika Serikat (AS). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan, sebelumnya BI memprediksi nilai tukar rupiah di tahun depan berada di kisaran Rp 14.300 -Rp 14.700 per dollar AS. "Namun, sejak awal September sampai hari ini dinamika yang terjadi di global maupun dalam negeri begitu cepat," ujar Perry dalam paparannya, Senin (15/10). Perry mengatakan, tekanan pada nilai tukar menjadi sangat besar akibat adanya sentimen di negara-negara emerging market seiring dengan krisis keuangan yang dialami Turki, Argentina, dan sejumlah negara lain. Hal ini berimbas pada keluarnya aliran modal asing dari negara berkembang termasuk Indonesia, sehingga nilai tukar melemah.