BI waspadai dampak pergerakan harga minyak



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencermati kenaikan harga komoditas baik energi maupun non energi di tahun ini. Terutama, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi 2017.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, tren kenaikan harga komoditas di tahun ini memberi dampak positif terhadap konsumsi rumah tangga dan investasi non bangunan, khususnya alat angkut berat.

Dody mengatakan, petani di wilayah timur mengalami kenaikan pendapatan dari ekspor komoditas. Hal tersebut kemudian terefleksikan pada peningkatan konsumsi masyarakat.


"Penjualan kendaraan bermotor naik. Investasi non bangunan juga mengikuti," kata Dody, Kamis (16/3).

Meski demikian, di sisi lain pihaknya juga mencermati perkembangan harga minyak mentah dunia yang menurun menjadi di bawah US$ 50 per barel (WTI) sejak 8 Maret 2017 lalu. Sebab, penurunan harga minyak yang berkelanjutan bisa menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.

"Harga komoditas itu leading indicator kita. Negara ini cukup banyak mengandalkan pertumbuhan ekonominya dari harga komoditas," tambahnya.

Sejauh ini lanjut Dody, pihaknya masih melihat kemungkinan naik turunnya harga minyak 50:50 sehingga pihaknya belum mengubah proyeksi harga minyak mentah hingga akhir tahun. Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, hasil kajian bank sentral rata-rata harga minyak mentah dunia tahun ini akan berada di level US$ 47 per barel.

Sayangnya, Dody masih enggan menyebutkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini. Ia hanya menyebut, BI belum mengubah proyeksi pertumbuhan sepanjang 2017 yang berada di kisaran 5%-5,4%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini