JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mewaspadai dinamika ekonomi China dan Amerika Serikat (AS). Sebab, perlambatan ekonomi China dan rencana pengurangan stimulus moneter di AS akan mempengaruhi Indonesia. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo perlambatan ekonomi China yang mengalami koreksi tajam dari pertumbuhan 7,8% menjadi 7,5% akan berpengaruh kepada Indonesia. Hal ini karena banyak produk Indonesia yang diekspor ke China. Artinya perlambatan ekonomi Negara Tiongkok berdampak secara langsung bagi Indonesia dan itu perlu diwaspadai. Adapun rencana pengurangan stimulus moneter di AS akan bedampak langsung pada pasar keuangan indonesia. "Bukan hanya pasar keuangan di Indonesia saja, tapi juga seluruh negara akan terpengaruh, khususnya negara berkembang," tutur Agus saat ditemui di Istana Merdeka, Sabtu (17/8). Alasannya, sejak tahun 2009-2012 stimulus moneter tahap, I,II dan III di AS banyak dananya yang mengalir ke negara-negera berkembang termasuk Indonesia. Akibatnya, pasar modal dan pasar utang negara (SUN) menjadi begitu aktif. Oleh karena itu, wajar apabila ada pembalikan arus keluar apabila quantitative easing (QE) dikurangi bahkan dihentikan. "Itu pembalikan arus modal bukan merupakan sesuatu yang dapat ditahan," tambahnya.
