JAKARTA. Memasuki awal bulan April 2014, rupiah terlihat semakin perkasa. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini (1/4) menguat sebesar 133 poin atau 1,16% menjadi Rp 11.271 per dolar Amerika Serikat dibandingkan kurs tengah BI pada akhir pekan lalu (28/3) yang berada pada level Rp 11.404 per dolar AS.Penguatan rupiah bukan terjadi pertama kalinya, lantaran terjadi setidaknya sejak pertengahan Februari lalu. Keperkasaan nilai tukar mata uang garuda dipengaruhi fundamental ekonomi yang menunjukkan perbaikan, seperti adanya perkiraan neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus dan angka inflasi mencatat perlambatan.Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menuturkan, meski nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif, namun pihaknya akan terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi kemungkinan pelemahan. Menurutnya, bank sentral akan terus melakukan antisipasi terutama pada kuartal II-2014 ini."Karena biasanya terjadi permintaan dalam dolar yang cukup tinggi dan kita harus tingkatkan pendalaman pasar sehingga pasar bisa memenuhi permintaan," ungkap Agus di Gedung BI, Jakarta, hari ini.Lebih lanjut Agus mengungkapkan, untuk pergerakan nilai tukar rupiah kedepannya, bank sentral menyerahkan hal tersebut sesuai dengan kondisi pasar. Sebab, hal tersebut menurutnya mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia."Saya tidak berkomentar terkait target nilai tukar, karena kami memang tidak pernah mentargetkan nilai tukar," jelas Agus.Seperti diketahui, menjajaki perdagangan perdana pada April 2014, nilai tukar rupiah tercatat dibuka menguat. Menurut penelusuran Bloomberg, hingga saat ini rupiah masih mencatatkan penguatan terbaik di antara 24 negara berkembang lainnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BI waspadai kurs rupiah di kuartal II
JAKARTA. Memasuki awal bulan April 2014, rupiah terlihat semakin perkasa. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) hari ini (1/4) menguat sebesar 133 poin atau 1,16% menjadi Rp 11.271 per dolar Amerika Serikat dibandingkan kurs tengah BI pada akhir pekan lalu (28/3) yang berada pada level Rp 11.404 per dolar AS.Penguatan rupiah bukan terjadi pertama kalinya, lantaran terjadi setidaknya sejak pertengahan Februari lalu. Keperkasaan nilai tukar mata uang garuda dipengaruhi fundamental ekonomi yang menunjukkan perbaikan, seperti adanya perkiraan neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus dan angka inflasi mencatat perlambatan.Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menuturkan, meski nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif, namun pihaknya akan terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi kemungkinan pelemahan. Menurutnya, bank sentral akan terus melakukan antisipasi terutama pada kuartal II-2014 ini."Karena biasanya terjadi permintaan dalam dolar yang cukup tinggi dan kita harus tingkatkan pendalaman pasar sehingga pasar bisa memenuhi permintaan," ungkap Agus di Gedung BI, Jakarta, hari ini.Lebih lanjut Agus mengungkapkan, untuk pergerakan nilai tukar rupiah kedepannya, bank sentral menyerahkan hal tersebut sesuai dengan kondisi pasar. Sebab, hal tersebut menurutnya mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia."Saya tidak berkomentar terkait target nilai tukar, karena kami memang tidak pernah mentargetkan nilai tukar," jelas Agus.Seperti diketahui, menjajaki perdagangan perdana pada April 2014, nilai tukar rupiah tercatat dibuka menguat. Menurut penelusuran Bloomberg, hingga saat ini rupiah masih mencatatkan penguatan terbaik di antara 24 negara berkembang lainnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News