JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi pada semester kedua tahun ini bisa berada di level 6,4%. Kondisi ini dipengaruhi oleh masih kuatnya konsumsi, investasi dan permintaan impor. "Kisarannya kami tetap konsisten di level 6,3%-6,7%. Memang ada kecenderungan di 6,4% tergantung dampak ekonomi global ke Eropa, China, dan India," ujar Direktur Eksekutif Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, Jumat (22/6). BI juga berkeyakinan di kuartal kedua neraca pembayaran Indonesia akan membaik dibandingkan kuartal pertama 2012. Meskipun di kuartal kedua transaksi berjalan masih mengalami defisit lantaran ekspor melambat, namun nilainya lebih kecil dibandingkan kuartal pertama. "Transaksi modal kami optimis masih akan surplus dan melebihi defisit di transaksi berjalan sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus," jelas Perry. Terkait gejolak di pasar modal akibat krisis ekonomi dunia, menurut Perry saat ini lebih berdampak pada pasar saham dibandingkan pasar obligasi. "Itulah mengapa penarikan modal keluar di 2012 lebih banyak di pasar saham. Berbeda dengan paruh kedua tahun lalu yang penarikannya lebih banyak di pasar obligasi," tutur Perry. Sampai dengan pekan kedua Juni 2012, di pasar saham terjadi arus masuk senilai Rp 2,8 triliun. Di periode yang sama, arus masuk modal asing di SBN sebanyak Rp 1,2 triliun.
BI yakin ekonomi tumbuh 6,4% semester II
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi pada semester kedua tahun ini bisa berada di level 6,4%. Kondisi ini dipengaruhi oleh masih kuatnya konsumsi, investasi dan permintaan impor. "Kisarannya kami tetap konsisten di level 6,3%-6,7%. Memang ada kecenderungan di 6,4% tergantung dampak ekonomi global ke Eropa, China, dan India," ujar Direktur Eksekutif Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo, Jumat (22/6). BI juga berkeyakinan di kuartal kedua neraca pembayaran Indonesia akan membaik dibandingkan kuartal pertama 2012. Meskipun di kuartal kedua transaksi berjalan masih mengalami defisit lantaran ekspor melambat, namun nilainya lebih kecil dibandingkan kuartal pertama. "Transaksi modal kami optimis masih akan surplus dan melebihi defisit di transaksi berjalan sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus," jelas Perry. Terkait gejolak di pasar modal akibat krisis ekonomi dunia, menurut Perry saat ini lebih berdampak pada pasar saham dibandingkan pasar obligasi. "Itulah mengapa penarikan modal keluar di 2012 lebih banyak di pasar saham. Berbeda dengan paruh kedua tahun lalu yang penarikannya lebih banyak di pasar obligasi," tutur Perry. Sampai dengan pekan kedua Juni 2012, di pasar saham terjadi arus masuk senilai Rp 2,8 triliun. Di periode yang sama, arus masuk modal asing di SBN sebanyak Rp 1,2 triliun.