JAKARTA. Badai krisis Dubai World boleh menghantam. Tapi, Departemen Keuangan (Depkeu) memastikan, krisis utang Dubai yang mencapai US$ 59 miliar tersebut tidak berdampak besar pada pasar Surat Berharga Syariah Negara alias Sukuk Negara. Justru, Direktur Pembiayaan Syariah Depkeu Dahlan Siamat bilang, investor Timur Tengah memilih sukuk terbitan Pemerintah Indonesia. Soalnya, "Sudah jelas berdasarkan undang-undang, kami menjamin pembayarannya," katanya, Senin (30/11). Alasan lain kenapa investor asing, terutama dari kawasan Timur Tengah, dan bukan hanya dari negara-negara emerging market yang masuk ke Indonesia? Sebab, menurut Dahlan, saat ini, mereka justru sedang menghindari instrumen utang Dubai. Toh, pemerintah tetap akan melihat situasi yang terjadi dalam satu dua minggu ini, sebelum mengambil keputusan yang berhubungan dengan penerbitan sukuk. Cuma, saat ini, pemerintah belum melihat dampak apa pun. Pemerintah, menurut Dahlan, sampai detik ini juga belum memutuskan berapa banyak sukuk yang bakal diterbitkan tahun depan, baik lokal maupun global. Termasuk, sukuk proyek. Khusus sukuk proyek, menurut Dahlan, pemerintah masih menggodok peraturan pemerintah yang akan mengatur penerbitan surat utang syariah untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di tanah air tersebut. "Masih dibahas," kata dia. Catatan saja, Depkeu melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah dalam penerbitan sukuk proyek. Antara lain, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Departemen Pekerjaan Umum. Adapun untuk sukuk ritel, Dahlan menambahkan, pemerintah sekarang sedang melakukan beauty contest. "Dari situ, kami akan lihat proyeksi kemampuan agen penjual dalam menjual sukuk ritel, ini untuk menetapkan berapa persisnya yang akan diterbitkan," ujar Dahlan. Sekadar menyegarkan ingatan, tahun ini pemerintah total mengeluarkan sukuk senilai total Rp 15 triliun atau hampir 10% dari seluruh penerbitan obligasi pemerintah yang mencapai Rp 144,5 triliun. Sebanyak Rp 5,56 triliun adalah sukuk ritel, yakni seri SR001 yang berjangka waktu selama tiga tahun.
Biar Ada Krisis Dubai, Sukuk Negara Jalan Terus
JAKARTA. Badai krisis Dubai World boleh menghantam. Tapi, Departemen Keuangan (Depkeu) memastikan, krisis utang Dubai yang mencapai US$ 59 miliar tersebut tidak berdampak besar pada pasar Surat Berharga Syariah Negara alias Sukuk Negara. Justru, Direktur Pembiayaan Syariah Depkeu Dahlan Siamat bilang, investor Timur Tengah memilih sukuk terbitan Pemerintah Indonesia. Soalnya, "Sudah jelas berdasarkan undang-undang, kami menjamin pembayarannya," katanya, Senin (30/11). Alasan lain kenapa investor asing, terutama dari kawasan Timur Tengah, dan bukan hanya dari negara-negara emerging market yang masuk ke Indonesia? Sebab, menurut Dahlan, saat ini, mereka justru sedang menghindari instrumen utang Dubai. Toh, pemerintah tetap akan melihat situasi yang terjadi dalam satu dua minggu ini, sebelum mengambil keputusan yang berhubungan dengan penerbitan sukuk. Cuma, saat ini, pemerintah belum melihat dampak apa pun. Pemerintah, menurut Dahlan, sampai detik ini juga belum memutuskan berapa banyak sukuk yang bakal diterbitkan tahun depan, baik lokal maupun global. Termasuk, sukuk proyek. Khusus sukuk proyek, menurut Dahlan, pemerintah masih menggodok peraturan pemerintah yang akan mengatur penerbitan surat utang syariah untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur di tanah air tersebut. "Masih dibahas," kata dia. Catatan saja, Depkeu melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah dalam penerbitan sukuk proyek. Antara lain, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Departemen Pekerjaan Umum. Adapun untuk sukuk ritel, Dahlan menambahkan, pemerintah sekarang sedang melakukan beauty contest. "Dari situ, kami akan lihat proyeksi kemampuan agen penjual dalam menjual sukuk ritel, ini untuk menetapkan berapa persisnya yang akan diterbitkan," ujar Dahlan. Sekadar menyegarkan ingatan, tahun ini pemerintah total mengeluarkan sukuk senilai total Rp 15 triliun atau hampir 10% dari seluruh penerbitan obligasi pemerintah yang mencapai Rp 144,5 triliun. Sebanyak Rp 5,56 triliun adalah sukuk ritel, yakni seri SR001 yang berjangka waktu selama tiga tahun.