JAKARTA. Panen raya komoditas gabah berlangsung pada April. Namun, puncak musim panen diperkirakan tak mampu meredam inflasi. Para pakar ekonomi memperkirakan, selama April bakal terjadi inflasi 0%-0,5%. Proyeksi inflasi kali ini bakal kontras dengan yang selalu terjadi tiap tahun. Sejak dua tahun lalu, April selalu terjadi deflasi atau penurunan harga. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, April 2014 deflasi sebesar 0,02% dan 2013 0,1%. Nah, April kali ini, inflasi terjadi akibat kenaikan harga barang dan jasa di masyarakat. "Panen raya menyebabkan harga pangan turun, tapi penurunan ini tak sanggup menutupi kenaikan harga-harga energi dan jasa sektor transportasi," jelas Dian Ayu Yustina, ekonom Bank Danamon, Senin (27/4).
Kajian tim ekonomi Danamon memperkirakan inflasi bulanan di April 2015 sebesar 0,35%-0,5%. Dari kelompok harga pangan, masih terjadi deflasi. Terlihat dari harga sejumlah bahan pangan yang turun tipis, mulai dari beras, cabe, minyak goreng, telur, dan bawang merah (
lihat tabel). Namun, kelompok harga yang diatur pemerintah (administered price) mengalami inflasi yang lebih tinggi. Salah satunya adalah bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, naik harga Rp 500 menjadi Rp 7.400 per liter untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali mulai akhir Maret. PT Pertamina juga menaikkan harga elpiji non-subsidi atau kemasan 12 kilogram (kg) per 1 April 2015 sebesar Rp 666,67 per kg atau Rp 8.000,04 per tabung. Harga elpiji 12 kg di agen menjadi Rp 142.000 per tabung dari sebelumnya Rp 134.000. Lalu, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menaikkan harga tiket kereta api kelas ekonomi jarak jauh mulai 1 April. Kenaikan harga di setiap kereta berbeda-beda. Secara rata-rata kenaikan tarif tiket kereta api ini berkisar 30% hingga 60%. Tak hanya tiket kereta api, tarif angkutan umum dalam kota juga naik harga sekitar Rp 500-Rp 1.000. "Kebijakan BBM berimbas paling besar terhadap inflasi April," ujar Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Asset Management. Ia memperkirakan inflasi April sebesar 0,3%. Waspada Mei-Juli
Doddy Ariefianto, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengatakan, inflasi April masih relatif kecil, hanya 0%-0,1%. Yang harus menjadi kewaspadaan pemerintah dan Bank Indonesia adalah inflasi bulan selanjutnya, Mei hingga Juli. "Periode ini biasanya puncak inflasi," ujar Doddy. Pada Mei, kenaikan harga akan terjadi di sektor pangan karena masa panen selesai. Lalu, adminitered price juga kembali inflasi akibat penyesuaian tarif listrik golongan pelanggan 1.300 dan 2.200 Volt Ampere (VA). Mulai Mei, kelompok dua pelanggan listrik itu naik karena peraturan menteri ESDM belum direvisi. "Pemerintah harus menjaga kelancaran pasokan pangan," saran Doddy. Pada Juni dan Juli, inflasi melonjak akibat harga pangan naik menjelang puasa dan perayaan Idul Fitri. Lalu, jasa transportasi kembali akan menyumbang inflasi karena kenaikan tarif angkutan untuk mudik. Namun, sampai akhir tahun ini para ekonom meyakini inflasi di bawah 5%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia