Biarkan aset yang bekerja sendiri



JAKARTA. Berkecimpung dalam dunia manajemen risiko selama puluhan tahun mempengaruhi pola investasi Salyadi Saputra. Pelaksana tugas (Plt) Managing Director PT Henan Putihrai Asset Management itu berhati-hati memutar portofolio pribadinya.

Pria kelahiran Sumedang, 44 tahun lalu ini menempatkan sebagian besar dananya dalam bentuk kas. Salyadi beranggapan, menggenggam kas dalam jumlah banyak relatif lebih fleksibel untuk menggapai kesempatan investasi yang menguntungkan. "Semakin besar kas, maka semakin besar pula kesempatan saya untuk mendapatkan peluang investasi yang menguntungkan," tutur Salyadi kepada KONTAN, Jumat (11/1).

Dia lalu mencontohkan, penawaran penjualan tanah seharga Rp 100 juta akan mendapatkan banyak permintaan dari investor. Sebab, masih banyak investor yang menggenggam dana Rp 100 juta. Semakin banyak permintaan dari investor berpotensi menaikkan harga jual tanah. Ujung-ujungnya, dana yang harus dirogoh oleh investor untuk berinvestasi pada tanah tersebut jadi membengkak.


Sebaliknya, penawaran penjualan tanah seharga Rp 10 miliar bakal sepi peminat. Alasannya, tidak banyak investor yang menggenggam dana kas Rp 10 miliar saat penawaran dilakukan. Akibatnya, harga penawaran dari penjual tanah bisa ditekan. "Investor mempunyai bargaining power sehingga harga tanah bisa turun. Hal tersebut merupakan beberapa pengalaman yang menunjukkan bahwa menggenggam kas itu penting," tutur mantan Direktur Pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) itu.

Portofolio lain Salyadi adalah saham. Saham ini baru dimiliki setelah dia melepaskan jabatan dari Pefindo, tahun ini. Saham pilihan Salyadi diantaranya saham-saham bluechips sektor konsumer dan perbankan. Menurut dia, kedua sektor tersebut masih memiliki fundamental yang bagus. "Saya termasuk investor jangka panjang yang tidak trading saham. Jadi saya sengaja memilih saham-saham yang bagus lalu stay saja," tutur Salyadi.

Masalah keterbatasan waktu menjadi salah satu alasan Salyadi untuk tidak trading saham. Seperti diketahui, trading saham membutuhkan banyak waktu untuk mengikuti pergerakan harga saham di pasar modal. "Kalau trading nanti kalah sama trader yang sudah sehari-hari pekerjaannya hanya trading saham," kata Salyadi.

Lainnya, Salyadi menempatkan dananya pada reksadana. Alumni corporate rating course S&P University, New York itu memilih reksadana saham dan campuran karena berpeluang memberi keuntungan yang lebih tinggi ketimbang pendapatan tetap ataupun pasar uang. "Selain itu, return dan risk-nya juga balance," ujar Salyadi.

Sisa dananya diputar pada properti. Mantan manajer kredit dan marketing PT Dai-Ichi Kangyo Panin Finance itu mengambil properti residensial untuk disewakan kembali. Dia mengakui, return berinvestasi di properti memang hanya sekitar 10% hingga 12% dalam satu tahun.

Namun, potensi recurring income atau pendapatan berulang investasi dalam properti sangat besar. "Sekarang properti sedang sulit karena harganya sudah mahal. Sehingga saat ini saya tidak banyak menambah investasi di properti," kata Salyadi.

Pria yang pernah berkarir sebagai accounting system consultant di Amir Abadi Jusuf (AAJ) Associate itu mengaku sebagai investor moderat cenderung konservatif. Bagi Salyadi, investasi merupakan salah satu cara untuk mengamankan dan meningkatkan nilai aset.

"Investasi untuk mengantisipasi bila saya sakit dan tidak produktif. Dengan investasi, saya memiliki passive income yang berarti tidak harus bekerja tapi bisa mendapat penghasilan dari aset yang bekerja sendiri. Jadi, saya tidur bisa mendapatkan uang," kata Salyadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati