Biaya bahan bakar naik, rugi Vale membengkak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 10,67% pada  triwulan ketiga tahun ini. Tapi, peningkatan juga terjadi pada beban pokok pendapatan sehingga menyebabkan kerugian perusahaan melonjak pada periode ini.

Di kuartal III-2017, emiten tambang ini berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 448,71 juta. Pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan hanya meraih pendapatan US$ 405,46 juta.

Sebagian besar pendapatan ini diperoleh dari hasil penjualan kepada induk usaha perusahaan, Vale Canada Limited, sebesar US$ 358,89 juta. Sementara, sisanya didapat dari hasil penjualan kepada pemegang 20,09% saham INCO, yaitu Sumitomo Metal Mining Co Ltd sebesar US$ 89,82 juta.


Namun, beban pokok pendapatan yang harus ditanggung perusahaan pada periode ini meningkat dibandingkan tahun lalu. Dalam laporan kinerja kuartal ketiga 2017, tercatat perusahaan harus menanggung beban pokok pendapatan sebesar US$ 459,18 juta. Angka ini meningkat 16,27% dari US$ 394,92 juta paa kuartal III-2016.

Lonjakan beban pokok pendapatan ini disebabkan kenaikan harga bahan bakar. INCO harus menanggung beban bahan bakar minyak dan pelumas sebesar US$ 92,6 juta, serta beban bahan bakar batubara sebesar US$ 34,2 juta selama sembilan bulan di tahun ini.

Hal ini berdampak pada kerugian yang harus ditanggung INCO. Hingga September 2017, kerugian meningkat 179,43% menjadi US$ 19,63 juta. Padahal di kuartal ketiga tahun lalu, rugi yang ditanggung perusahaan hanya US$ 7,02 juta.

Di sisi lain, hingga triwulan ketiga tahun ini perusahaan telah mengeluarkan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 16,9 juta. Angka ini setara dengan 25,61% dari total capex perusahaan tahun 2017 sebesar US$ 66 juta.

Sementara itu, produksi nikel dalam matte perusahaan selama sembilan bulan terakhir berada di angka 57.494 metrik ton, turun dibanding produksi tahun lalu sebesar 58.000 ton.

"Sedangkan penjualan nikel matte perusahaan di periode ini mencapai 57.724 metrik ton, lebih tinggi dibanding angka produksi di tahun 2016," tulis Chief Financial Officer INCO Febriany dalam keterangan resmi, Kamis (26/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini