Biaya bahan baku para emiten pakan akan melonjak



JAKARTA. Emiten sektor pakan ternak menghadapi tantangan baru tahun ini. Keputusan pemerintah menutup pintu impor jagung bagi swasta, menyebabkan harga jagung lokal melonjak hampir dua kali lipat dari harga normal.

Yosafat Jonathan, Analis Bahana Securities mengatakan kenaikan harga jagung saat ini akan dibarengi dengan peningkatan harga jual produk. Pasalnya saat ini terbuka peluang bagi emiten untuk menambah pasokan di pasar seiring dengan tumbuhnya permintaan.

Alhasil, pendapatan para emiten bisa terdongkrak. Yosafat memprediksi, penjualan emiten pakan ternak akan lebih baik ketimbang tahun lalu, akibat perbaikan ekonomi dan permintaan yang meningkat.


"Karena tahun lalu banyak persoalan seperti kurs dan permintaan," kata Yosafat, kepada KONTAN, Selasa (26/1).

Yosafat memperkirakan, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) akan mecatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).

Tahun lalu, JPFA merupakan emiten pakan ternak yang paling cepat pulih jika dibandingkan dengan emiten lain. "Saat ini kami melihat tiga-tiganya berpotensi bagus CPIN, JPFA, dan MAIN. Tapi mungkin JPFA yang sedikit agak membaik pada tahun ini," kata Yosafat.

Robertus Yanuar Hardy, Analis Reliance Securities mengatakan, pembatasan impor jagung bakal menaikkan biaya karena sebagian emiten pakan itu masih mengandalkan jagung dan gandum. "Itu akan menaikkan beban usaha, karena bahan bakunya naik," ujarnya.

Namun, prospek emiten pakan ternak akan membaik bila dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, pembatasan kuota impor jagung akan memaksa emiten pakan ternak untuk membeli bahan baku dari petani lokal.

Sehingga, para emiten pakan ini bisa terhindar dari paparan fluktuasi nilai tukar. "Kalau produk bahan baku dalam negeri belinya pakai rupiah tentu mereka bisa menghemat," lanjutntya.

Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enteprise, justru melihat prospek emiten pakan ternak akan suram tahun ini. Kebijakan pemerintah menyetop impor jagung juga akan membahayakan industri ini.

Sektor pakan ternak sangat bergantung pada bahan baku jagung, sehingga beban usaha akan meningkat tajam. Selain itu, saham-saham emiten sektor pakan ternak tahun ini masih tidak prospektif. Lucky mengatakan, untuk menjual semua saham emiten pakan ternak. "Karena memang tidak menarik," kata Lucky.

Muhammad Al Amin, Analis Millenium Danatama Sekuritas, mengatakan dari ketiga pemain di sektor pakan ternak tersebut, hanya saham MAIN yang direkomendasikan hold. Sedangkan rekomendasi JPFA dan CPIN adalah sell on strength.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie