Biaya bunga membengkak, laba Bukopin tergerus 22%



JAKARTA. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan membuat pengetatan likuiditas membuat Bank Bukopin harus rela mengalami penurunan laba bersih. Per 2014, laba Bukopin turun 22,24% dari Rp 900 miliar menjadi Rp 700 miliar.

Menurut Glen Glenardi, Direktur Utama Bukopin, pihaknya mengalami kenaikan biaya dana hingga 31% akibat adanya peralihan dana murah ke deposito. "Deposito kami naik 26,08% sementara tabungan hanya naik 8,14% dan giro turun 0,93%," terang Glen, Senin (30/3).

Glen juga merinci, peningkatan biaya dana juga membuat BOPO Bukopin naik dari 82,73% menjadi 88,27%. Hal tersebut, ikut menggerus net interest margin (NIM) bank dengan sandi saham BBKP ini jadi 3,7% dari posisi akhir 2013 sebesar 3,82%.


Meski begitu, Glen menuturkan, Bukopin berhasil mempertahankan level likuiditas. "Itu bisa terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) kami yang menjadi 83,89% dari posisi sebelumnya 85,8%," tambah Glen.

Asal tahu saja, Bukopin mencatat total kredit sebesar Rp 55,3 triliun atau naik 14,04% dari Rp 48,5 triliun. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 17,14% dari Rp 55,8 triliun menjadi Rp 65,4 triliun. Sejalan dengan itu, aset Bukopin tumbuh 13,81% menjadi Rp 79,1 triliun dari posisi akhir 2013 Rp 69,5 triliun.

Tanpa adanya pembengkakan biaya dana, kinerja 2014 Bukopin sebenarnya cukup cemerlang. Tengok saja pendapatan bunga yang mencapai Rp 7,1 triliun atau naik 19,22% dari Rp 6 triliun.

Selain itu, Bukopin juga mencatat kenaikan pendapatan berbasis komisi (fee based income) yang menjadi Rp 900 miliar, naik 20,25% dari Rp 800 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia