JAKARTA. Perebutan likuiditas nasabah yang kian sengit memaksa PT Bank Danamon Tbk (BDMN) mengorbankan peluang untuk meraih pertumbuhan laba. Di saat bank lain menikmati kenaikan laba bersih lumayan besar, perolehan BDMN justru stagnan. Sepanjang 2013, laba bersih BDMN ini hanya naik 0,75% menjadi Rp 4,04 triliun year-on-year (yoy). Tipisnya perolehan laba BDMN akibat kenaikan biaya dana atau cost of fund yang harus dikeluarkan induk dari PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) tersebut. Ini merupakan efek samping dari kenaikan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup signifikan. Tahun lalu, dana deposito BDMN tumbuh lumayan besar, yakni 19% menjadi Rp 57,6 triliun. Padahal, beban biaya membengkak karena kenaikan bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate yang terbilang cepat di tahun lalu.
Biaya dana besar, laba BDMN tumbuh lambat
JAKARTA. Perebutan likuiditas nasabah yang kian sengit memaksa PT Bank Danamon Tbk (BDMN) mengorbankan peluang untuk meraih pertumbuhan laba. Di saat bank lain menikmati kenaikan laba bersih lumayan besar, perolehan BDMN justru stagnan. Sepanjang 2013, laba bersih BDMN ini hanya naik 0,75% menjadi Rp 4,04 triliun year-on-year (yoy). Tipisnya perolehan laba BDMN akibat kenaikan biaya dana atau cost of fund yang harus dikeluarkan induk dari PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) tersebut. Ini merupakan efek samping dari kenaikan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup signifikan. Tahun lalu, dana deposito BDMN tumbuh lumayan besar, yakni 19% menjadi Rp 57,6 triliun. Padahal, beban biaya membengkak karena kenaikan bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate yang terbilang cepat di tahun lalu.