KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Biaya dana atau
cost of fund (CoF) perbankan di kuartal I 2019 masih meningkat. Lihat saja, Bank Indonesia (BI) dalam survei perbankan yang dirilis Selasa (16/4) menyebutkan per kuartal I 2019 posisi CoF Rupiah perbankan ada di level 6,02%. Posisi tersebut meningkat dibandingkan periode akhir tahun 2018 lalu yang mencapai sebesar 5,88%. Di kuartal I-2018 posisi CoF secara industri relatif lebih rendah yakni sebesar 5,7%. Sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id juga mengungkapkan hal serupa. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya yang mengungkap per Maret 2019 lalu CoF dana pihak ketiga (DPK) berada pada level 5,77%. Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso mengakui kalau realisasi tersebut meningkat dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2018 lalu yang sebesar 4,66%.
Mahelan menjelaskan, kenaikan biaya dana tersebut merupakan dampak kenaikan suku bunga acuan BI sebanyak enam kali sepanjang tahun 2018. Otomatis perbankan secara bertahap meningkatkan suku bunga dana yang berakibat biaya bunga menjadi lebih tinggi. Walau begitu, bank spesialis kredit perumahan ini optimistis posisi tersebut bakal melandai pada akhir kuartal II-2019. Sejalan dengan langkah optimalisasi pendanaan yang dilakukan BTN sejak tahun lalu. "Hingga pertengahan tahun ini, BTN menargetkan CoF bisa berada pada level 5%," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (15/4) lalu. Beberapa upaya yang akan dilakukan BTN tahun ini adalah dengan merekomposisi deposito berbiaya mahal. Selain itu, bank bersandi bursa BBTN ini akan meningkatkan
average balance tabungan segmen
mass, dan meningkatkan akuisisi nasabah baru pada segmen
emerging affluent dan
affluent melalui proporsi fitur
digital banking perusahaan. Berbeda dengan BTN, PT Bank CIMB Niaga Tbk justru mengatakan posisi CoF perusahaan masih relatif stabil dengan posisi akhir tahun lalu. Sayangnya, Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan tak merinci besaran posisi CoF CIMB Niaga saat ini. Hanya saja, Ia memandang tahun ini ruang peningkatan biaya dana perbankan masih terbuka. "Kami fokus pada CASA sebagai pendukung DPK (dana pihak ketiga) lebih murah, namun kami melihat ada pertumbuhan tabungan juga tipis, maka ada kenaikan CoF," katanya. Untuk menjaga CoF tetap stabil, pihaknya akan mendongkrak pertumbuhan CASA dengan fokus pada transaksi digital, payroll, cash management dan juga rekening operasional perusahaan. Senada dengan CIMB Niaga, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengatakan posisi biaya dana relatif stabil di level 2% pada kuartal I-2019. Direktur BCA Santoso Liem mengatakan naik turunnya CoF BCA sangat bergantung pada tingkat bunga dana di pasar. "Memang akhir tahun lalu sempat ada kenaikan, tapi di kuartal I 2019 ini cenderung flat," katanya. Walau begitu, Santoso memandang meski dana perbankan masih ketat saat ini, ada potensi perbaikan di tahun 2019 lantaran arus ivestor menuju negara berkembang bakal membaik terutama setelah ekonomi global membaik. Artinya, bisa saja CoF perbankan termasuk BCA akan melandai di 2019. Namun, tantangannya menurut Santoso adalah likuiditas nasional dan dana investor yang masuk (devisa nasional) yang tidak seimbang, hal ini pastinya akan berpengaruh pada likuiditas perbankan dalam negeri. Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) harus mengakui kalau terjadi kenaikan biaya dana. Catatan Bank Jatim, per kuartal I 2019 CoF bergerak ke angka 2,99% naik dari 2,08% di periode yang sama tahun 2018. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha mengatakan kenaikan tersebut disebabkan pengetatan likuiditas di tahun lalu yang memicu kenaikan bunga dana di pasar.
Meski begitu, posisi ini menurutnya sudah cukup ideal lantaran target yang dipatok Bank Jatim adalah di bawah 3% sampai akhir tahun 2019. Sebagai tambahan saja, pada kuartal II 2019 BI mengatakan rata-rata biaya dana perbankan dalam rupiah diperkirakan masih akan stabil di posisi 6,02%. Adapun, sepanjang tahun ini bank sentral meramal CoF perbankan akan berada di level 6% dengan pertimbangan kebijakan suku bunga yang stabil. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi