Biaya dana perbankan masih tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perbankan yang semakin ketat membuat biaya dana atau cost of fund (CoF) saat ini masih tinggi. Biaya dana ini diperkirakan akan meningkat jika pengetatan ini masih tetap berlanjut sehingga pada akhirnya akan menekan Net Interest Margin (NIM).

Tingginya biaya dana diakui oleh PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN, anggota indeks Kompas100 ini). Likuiditas yang semakin tipis membuat persaingan mendapatkan dana kian tinggi. Kondisi ini membuat perseroan terpaksa memangkas target NIM tahun ini.

"Salah satu yang direvisi dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) adalah NIM. Target turun sedikit, di bawah 0,5%, karena melihat biaya dana masih tinggi. " ujar Maryono, Direktur Utama BTN baru-baru ini.


Dalam RBB sebelumnya, BTN menargetkan akan menjaga NUM di kisaran 4,5% hingga 5% atau meningkat 4,7% pada 2018. Adapun per Mei 2019, CoF dana pihak ketiga perseroan mencapai 5,71%.

Direktur Strategy, Compliance & Risk BTN Mahelan Prabantarikso mengataka, biaya dana turun sedikit dari 5,72% bulan sebelumnya. Namun secara tahunan, masih mengalami peningkatan dimana pada Mei 2018 hanya mencapai 4,73%.

Sementara biaya dana PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100 ini) per Mei 2019 hanya sekitar 2%. Santoso, Direktur BCA mengatakan kondisi CoF tersebut masih cukup stabil dibandingkan dengan tahun lalu lantaran perseroan memang lebih fokus mengejar dana murah. Adapun rasio current account saving account (CASA) perseroan ada di kisaran 75%-77%.

Namun, dia melihat prospek biaya dana ke depan masih banyak tantangan. Perkembangan CoF memang dipengaruhi banyak faktor. Di satu sisi, ada banyak faktor positif yang bisa mendorong perbaikan pada sisi biaya dana seperti situasi politik yang berjalan aman dan minat investor masuk ke Indonesia masih besar dengan adanya kenaikan rating baru-baru ini.

Namun di sisi lain, likuiditas semakin mengetat yang bisa mendorong meningkatnya biaya dana. "Kita harapkan likuiditas Indonesia bisa semakin membaik dengan naiknya rating Indonesia." kata Santoso.

Santoso bilang, per Mei rasio loan to deposit ratio (LDR) perseroan sudah cukup tinggi sekitar 95%. Posisi itu menurutnya sudah sangat mentok dalam mendorong penyaluran kredit. Pertumbuhan kredit perseroan cukup bagus mencapai double digit namun funding hanya tumbuh sekitar 7%-8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto