ANDA yang ingin melanjutkan pendidikan di negeri Sakura mungkin harus merogoh kocek agak dalam. Menurut survei biaya hidup perkotaan yang dilakukan oleh Mercer, selama dua dekade terakhir, Tokyo masuk dalam sepuluh besar kota termahal dunia. Hanya saja, tahun 2015 lalu, Tokyo tergeser di urutan 11, setelah tahun sebelumnya menduduki ranking 7 kota termahal dunia. Hal ini dirasakan oleh F. Danang Wijaya. Semasa menyelesaikan program doktoral di Energy Sciences Tokyo Institute of Technology, ia merasakan biaya hidup di Tokyo relatif mahal di banding kota-kota besar dunia. “Beasiswa saya ¥150.000, hampir 50% hanya untuk sewa apartemen, listrik gas dan air,” ujarnya. Akhirnya, Danang memilih tinggal di apartemen di Kawasaki-shi, yang berjarak 30 menit naik kereta dari Tokyo. Memang, biaya hidup di kota kecil seperti Toyohashi, Aichi Prefecture, kata alumni lain yakni Gregorius Agung, tidak semahal di Tokyo. Guna menghemat biaya tempat tinggal, setelah tahun pertama tinggal di asrama kampus dengan biaya Rp 4 juta per bulan, Agung menyewa apartemen bertiga dengan rekannya. “Biaya sewa apartemen saat tahun 2011 adalah Rp 20 juta per bulan,” ujar lulusan Department of Architecture and Civil Engineering di Toyohashi University of Technology ini.
Biaya hidup di Tokyo cukup mahal
ANDA yang ingin melanjutkan pendidikan di negeri Sakura mungkin harus merogoh kocek agak dalam. Menurut survei biaya hidup perkotaan yang dilakukan oleh Mercer, selama dua dekade terakhir, Tokyo masuk dalam sepuluh besar kota termahal dunia. Hanya saja, tahun 2015 lalu, Tokyo tergeser di urutan 11, setelah tahun sebelumnya menduduki ranking 7 kota termahal dunia. Hal ini dirasakan oleh F. Danang Wijaya. Semasa menyelesaikan program doktoral di Energy Sciences Tokyo Institute of Technology, ia merasakan biaya hidup di Tokyo relatif mahal di banding kota-kota besar dunia. “Beasiswa saya ¥150.000, hampir 50% hanya untuk sewa apartemen, listrik gas dan air,” ujarnya. Akhirnya, Danang memilih tinggal di apartemen di Kawasaki-shi, yang berjarak 30 menit naik kereta dari Tokyo. Memang, biaya hidup di kota kecil seperti Toyohashi, Aichi Prefecture, kata alumni lain yakni Gregorius Agung, tidak semahal di Tokyo. Guna menghemat biaya tempat tinggal, setelah tahun pertama tinggal di asrama kampus dengan biaya Rp 4 juta per bulan, Agung menyewa apartemen bertiga dengan rekannya. “Biaya sewa apartemen saat tahun 2011 adalah Rp 20 juta per bulan,” ujar lulusan Department of Architecture and Civil Engineering di Toyohashi University of Technology ini.