Biaya Iklan Masih Tinggi, Cek Rekomendasi Saham Unilever (UNVR)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di tahun ini masih akan terbebani sejumlah biaya pengeluaran yang tinggi seperti biaya iklan dan promosi. Strategi perluasan pangsa pasar tersebut idealnya baru berdampak positif bagi peningkatan pangsa pasar UNVR dalam jangka panjang.

Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia menjelaskan bahwa mengingat kinerja tahun lalu yang mengecewakan, Samuel Sekuritas memutuskan untuk merevisi turun proyeksi terhadap kinerja UNVR di tahun 2023.

Pendapatan UNVR memang tumbuh 4,22% secara tahunan menjadi sebesar Rp 41,21 triliun pada tahun 2022. Tetapi laba bersih Unliever terpantau turun 6,78% menjadi sebesar Rp 5,36 triliun sepanjang 2022, dari tahun sebelumnya Rp 5,75 triliun.


Pebe mengungkapkan bahwa kinerja UNVR di tahun lalu berada di bawah proyeksi, terutama capaian laba bersih hanya 90,1% dari perkiraan Samuel Sekuritas Indonesia terhadap UNVR di tahun 2022 dan hanya mencapai 87,1% dari konsensus. Ini menjadi angka laba bersih terburuk sejak tahun 2014, dengan margin laba bersih atawa net profit margin (NPM) terendah dalam 10 tahun yakni hanya 13,0%, padahal rata-rata NPM sekitar 17,2% tiap tahunnya.

Baca Juga: Unilever Indonesia melalui Wipol & DMI Kembali Hadirkan GMB 2023 bagi 20.000 Masjid

Samuel Sekuritas menurunkan proyeksi pendapatan Unilever di tahun 2023 sebesar 3,2% menjadi Rp 42,9 triliun. Margin laba kotor atawa gross profit margin (GPM) menjadi 47,3% dari sebelumnya 48,2%. Laba kotor menjadi Rp 20,3 triliun atau 5% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

Pebe mempertimbangkan fakta bahwa rasio operational expenditure (opex) atau biaya operasional dari penjualan UNVR mungkin tetap tinggi untuk sementara waktu. Utamanya karena UNVR baru-baru ini menaikkan anggaran A&P atau biaya advertising & promotion untuk memperkuat mereknya. Sebagai catatan, rasio A&P penjualan UNVR naik menjadi 7,4% di tahun 2022, dari tahun sebelumnya hanya 5,5%.

Karena adanya tekanan dari biaya iklan dan promosi tersebut, proyeksi Samuel Sekuritas terhadap laba operasional UNVR diturunkan menjadi Rp 7,4 triliun untuk tahun 2023. Angka ini 13,7% lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Serta, proyeksi laba bersih turun 13,6% menjadi Rp 5,7 triliun.

Analis Ciptadana Sekuritas Putu Chantika menilai bahwa Unilever tengah menerima rasa sakit jangka pendek dari strategi transformasi. Menurut manajemen UNVR, penurunan tingkat persediaan dalam perdagangan di modern trade (MT) dan general trade (GT) sebagai bagian dari transformasi program saluran perusahaan akan selesai pada kuartal pertama 2023.

Program tersebut bertujuan untuk menciptakan tingkat inventarisasi yang sehat, kemudian bisa menciptakan kelincahan yang lebih tinggi dan penyaluran lebih cepat ke pasar. Dengan mengurangi pengiriman stok kepada pengecer, maka UNVR bisa menjalankan percepatan produk baru.

Baca Juga: Menjaring Cuan dari Kinerja Apik Indeks LQ45, Cermati Saham Bluechip Pilihan Analis

Strategi pengurangan stok oleh UNVR nyatanya berpengaruh positif terhadap penjualan pada outlet ataupun pada konsumen. Penjualan dari pelanggan perusahaan pada konsumen ataupun outlet mengalami pertumbuhan kuat sebesar 5,6% pada tahun fiskal 2022.

“Catatan tersebut mengalahkan pertumbuhan industri sebesar 5%, yang terutama didorong oleh peningkatan pangsa pasar UNVR menjadi 38,8% di tahun 2022 dari 37,6% di tahun 2021,” tulis Putu dalam riset tanggal 10 Februari 2023.

UNVR meningkatkan efisiensi dan kecepatan distribusinya dengan mengurangi jumlah saluran distribusinya dari 520 saluran pada tahun 2021 menjadi 470 saluran. UNVR meningkatkan efisiensi sebagian melalui digitalisasi.

Ke depan, Putu mencermati kinerja penjualan UNVR diharapkan terdorong oleh volume positif dan penyesuaian harga jual alias average selling price (ASP) secara diam-diam. Ciptadana Sekuritas memperkirakan pertumbuhan penjualan sebesar 6,2% di tahun 2023. Proyeksi tersebut dengan ekspektasi bahwa harga komoditas lebih rendah dan tidak terulangnya penyesuaian biaya satu kali (central service fee), serta marjin kotor diharapkan membaik secara triwulanan.

Hanya saja, Analis OCBC Sekuritas William Siregar menilai bahwa pemulihan UNVR sejauh ini masih tanda tanya. Meskipun optimistis tentang narasi konsumsi yang cerah di tahun 2023 karena didukung oleh penurunan harga CPO yang dapat mengakibatkan ekspansi margin, tetapi masih ada keraguan terkait kemampuan Unilever untuk memanfaatkan tren positif tersebut di tahun ini. Mengingat pemulihan yang berpotensi sulit untuk beberapa segmen produknya.

Baca Juga: Kinerja Emiten LQ45 Ciamik, Saham Bluechip Pilihan Berikut Layak Dilirik

Willy tak menampik bahwa segmen produk perawatan pribadi diperkirakan akan meningkat tahun ini. Namun, dia meyakini peningkatan tersebut akan diimbangi oleh pengeluaran yang lebih rendah pada segmen produk rumah tangga karena kegiatan di luar rumah yang meningkat.

“Ini meninggalkan ketidakpastian pada tren pemulihannya,” ungkap William dalam riset tanggal 23 Februari 2023.

OCBC Sekuritas melihat skenario ini lebih mungkin terjadi, sebagaimana tercermin dalam pencapaian UNVR pada kuartal keempat 2022. UNVR mencatat pertumbuhan negatif baik di lini atas maupun bawah selama kuartal tersebut.

Penurunan laba bersih terpantau sebesar 36,2% quarter on quarter (qoq) di kuartal keempat 2022. Dari segi pendapatan juga turun 3,9% qoq menjadi Rp 9,7 triliun. Segmen bisnis melaporkan pendapatan lebih rendah dari kuartal sebelumnya yakni segmen home personal care (HPC) turun 2,8% secara kuartalan, sementara segmen food & refreshment (FNR) turun 6,1% dari kuartal sebelumnya.

Sekadar mengingatkan, segmen home personal care adalah kontributor utama Unilever, mewakili 66% dari pendapatan perusahaan. “Oleh karena itu, kami merasa kurang optimistis tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan kembali momentum positif tahun ini,” ungkap William.

Baca Juga: Laba Unilever Indonesia (UNVR) kembali tergerus pada 2022, Cermati Rekomendasi Analis

Selain itu, William menilai tekanan biaya iklan UNVR akan berlanjut hingga tahun 2023 yang berpotensi mengurangi margin. Setelah biaya A&P mencapai level tertinggi di tahun lalu, Unilever masih akan mempertahankan pertumbuhan biaya iklan yang tinggi dengan mengalokasikan lebih dari Rp 3 triliun di tahun ini karena persaingan di industri kian memanas. Langkah ini selanjutnya akan mempengaruhi margin operasional Unilever dan membatasi kejutan pendapatan potensial di saham.

Meskipun demikian, secara struktural pengeluaran biaya iklan UNVR sedikit diimbangi oleh efisiensi biaya umum. William juga menyarankan investor untuk menunggu hasil kinerja kuartal I-2023 dan pullback saham UNVR sebelum mempertimbangkan titik masuk.

Ke depan, Pebe berpandangan bahwa UNVR akan terus berinovasi dan meluncurkan produk-produk baru dengan formulasi dan varian baru. Serta, terus gencar melakukan promosi dan periklanan untuk meningkatkan nilai merek produknya.

“Selain itu, UNVR akan terus memperluas target pasarnya dengan meluncurkan produk-produk yang lebih terjangkau dan premium,” ungkap Pebe kepada Kontan.co.id, Rabu (15/3).

Pebe menyarankan hold untuk saham UNVR dengan target harga di Rp 4.450 per saham. Putu juga menyarankan hold untuk UNVR tapi dengan target harga sedikit lebih tinggi di Rp 4.850 per saham. Sementara, William merekomendasikan sell UNVR dengan target harga di Rp 4.150 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati