KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini mendorong kenaikan imbal hasil aset berdenominasi dollar AS. Hal ini mendorong arus modal keluar di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga nilai tukar melemah. Atas hal ini, Bank Indonesia (BI) dirasa perlu menaikkan suku bunga acuan lagi. Meskipun nilai tukar USD/IDR yang menembus batas psikologis 14.000 dinilai masih cukup terkendali. Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu bilang, BI sebenarnya masih memiliki ruang yang cukup untuk melakukan intervensi langsung di pasar valas. Namun, tekanan yang timbul dari perbedaan imbal hasil antara aset dalam mata uang dollar dan rupiah, serta peningkatan nilai impor membuat ongkos untuk menahan pelemahan rupiah menjadi sangat mahal.
Biaya intervensi rupiah makin mahal, BI perlu naikkan bunga lagi?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinyal kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve menaikkan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini mendorong kenaikan imbal hasil aset berdenominasi dollar AS. Hal ini mendorong arus modal keluar di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia sehingga nilai tukar melemah. Atas hal ini, Bank Indonesia (BI) dirasa perlu menaikkan suku bunga acuan lagi. Meskipun nilai tukar USD/IDR yang menembus batas psikologis 14.000 dinilai masih cukup terkendali. Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu bilang, BI sebenarnya masih memiliki ruang yang cukup untuk melakukan intervensi langsung di pasar valas. Namun, tekanan yang timbul dari perbedaan imbal hasil antara aset dalam mata uang dollar dan rupiah, serta peningkatan nilai impor membuat ongkos untuk menahan pelemahan rupiah menjadi sangat mahal.