KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank BTPN Tbk membukukan penurunan laba bersih konsolidasi setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 23%
year on year (yoy) menjadi Rp 752 miliar dari Rp 971 miliar di kuartal 1-2022. Penurunan laba ini terjadi lantaran, BTPN membukukan penambahan biaya kredit di tiga bulan pertama 2022. Tercermin dari biaya kredit di kuartal pertama tahun ini meningkat dari Rp 164 miliar menjadi Rp 435 miliar sebagian besar dari segmen korporasi. Bank melaporkan total kredit yang diberikan sebesar Rp 142,37 triliun per 31 Maret 2022, tumbuh 7,3% secara
year-on-year (yoy) dari Rp 132,68 triliun di kuartal I-2021 lalu.
“Bank BTPN berhasil membukukan kinerja yang baik dalam penyaluran kredit pada kuartal pertama tahun ini sejalan dengan strategi kami dan memanfaatkan momentum pertumbuhan yang optimis,” kata Kaoru Furuya, Plt Direktur Utama Bank BTPN dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Minggu (1/5). Lebih lanjut, pada akhir Maret 2022, BTPN mencatat peningkatan aset sebesar 10% yoy menjadi Rp 192,40 triliun, dari Rp 174,72 triliun.
Baca Juga: BTPN Syariah Sukses Mencetak Laba Bersih Rp 411 Miliar di Kuartal I 2022, Tumbuh 11% Sedangkan
rasio gross NPL per akhir Maret 2022 adalah sebesar 1,40%, sedikit lebih rendah dari
rasio gross NPL yang dilaporkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 1,42%. Sebagai informasi, Bank Indonesia melaporkan rasio gross NPL pada akhir Februari sebesar 3,08%. Terkait Dana Pihak Ketiga (DPK), Bank BTPN berhasil meningkatkan saldo dana pihak ketiga untuk mendukung pertumbuhan kredit bank. Dana pihak ketiga tercatat bertumbuh 8% yoy menjadi Rp 106,73 triliun pada 31 Maret 2022, dibandingkan Rp 98,93 triliun pada tahun sebelumnya. Peningkatan DPK tersebut terutama berasal dari saldo CASA yang tumbuh sebesar 21% yoy menjadi Rp 37,02 triliun dan saldo deposito yang tumbuh sebesar 2% yoy menjadi Rp 69,71 triliun. Rasio CASA meningkat menjadi 34,7% pada 31 Maret 2022, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,9%. Bank BTPN melanjutkan upaya untuk memangkas
cost of fund (Rupiah) dari 3,8% menjadi 2,9% dengan tetap dipertahankan nya suku bunga acuan oleh Bank Indonesia. Pendapatan bunga bersih naik sebesar 2% yoy menjadi Rp 2,85 triliun pada kuartal pertama tahun ini, dari Rp 2,78 triliun. Itu dikontribusikan oleh pertumbuhan kredit dan penurunan beban bunga sebesar 17% yoy menjadi Rp 818 miliar dari Rp 991 miliar dengan meningkatnya saldo CASA serta menurunnya suku bunga time deposit, namun di sisi
yield terjadi penurunan sehingga berdampak pada lebih rendahnya NIM dari 6,75% pada kuartal I-2021 menjadi 6,40% pada periode Januari-Maret 2022.
Rasio likuiditas dan pendanaan tetap sehat,
liquidity coverage ratio (LCR) berada pada 203,5% dan
net stable funding ratio (NSFR) pada 117,9% per 31 Maret 2022. Rasio kecukupan modal (
capital adequacy ratio/CAR) juga tetap sehat sebesar 25,6% per akhir Maret 2022. Sementara itu, Jenius (produk digital banking Bank BTPN) melaporkan 3,78 juta pengguna pada akhir Maret, meningkat sebesar 19% dari 3,2 juta pada tahun sebelumnya, dan simpanan pihak ketiga sebesar Rp16,2 triliun, naik sebesar 13% dari Rp 14,3 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari