KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan memperkirakan rasio biaya kredit atau cost of credit (CoC) akan lebih rendah tahun ini sejalan dengan kondisi ekonomi yang terus melanjutkan pemulihan. Penurunan biaya kredit ini bisa semakin mendorong laba perbankan ke depan. Pencadangan jumbo yang sudah dialokasikan bisa kembali jadi pendapatan ke bank jika NPL semakin melandai setelah ekonomi semakin pulih. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya tahun ini menargetkan menjaga biaya kredit di kisaran 2%-2,3%. Itu lebih rendah dari tahun 2021 yang sebesar 3,3%.
Tahun ini, BNI berharap NPL semakin membaik. Pada tahun 2021, NPL BNI melandai jadi 3,7% dari 4,3% pada tahun sebelumnya. Loan at Risk (LAR) juga menurun dari 28,7% jadi 23,3%. Meskipun pencadangan dinaikkan dari 182,4% ke level 233,4% tahun 2021 tetapi CoC masih turun dari 4,1% ke 3,3%. "NPL diharapkan akan menurun signifikan dengan sudah terlihat kondisi ekonomi yang lebih baik dan beberapa sektor ekonomi sudah menunjukkan tanda-tanda recovery sehinga high risk kita juga sudah menurun ke level yang
manageable," kata David Pirzana Direktur Manajemen Risiko BNI kepada Kontan.co.id Jumat (11/2).
Baca Juga: OJK: Masih Ada Tantangan Implementasi Keuangan Hijau dan Berkelanjutan di Indonesia PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan menjaga CoC di level 1,06% tahun ini, lebih rendah dari tahun lalu yang tercatat 1,35%. Elisabeth Novie Riswanti, Direktur Remedial & Wholesale Risk Bank BTN mengatakan, penurunan itu akan lebih ditunjang oleh perbaikan kualitas kredit tahun ini. Tahun lalu, rasio biaya kredit BTN meningkat ke 1,3% dari 0,88% tahun sebelumnya. Namun, Novie menekankan kenaikan itu bukan karena kualitas kredit memburuk. NPL perseroan justru melandai dari 4,37% ke 3,7%. "Kenaikan CoC tahun 2021 lebih karena upaya bank untuk memperkuat fundamental dengan meningkatkan coverage CKPN. Tahun lalu, coverage bank mencapai 141.82% meningkat signifikan dibandingkan 2020 yang tercatat 115.02%," kata Novie, Senin (21/2). Jumlah NPL BTN tahun 2021 mencapai Rp 10,18 triliun, sedangkan biaya provisi yang dianggarkan mencapai Rp 14,4 triliun. Tahun sebelumnya, biaya provisi mencapai Rp 13,35 triliun dengan NPL Rp 10,64 triliun. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akan menjaga biaya kredit di level 2,8%-3% tahun ini. Rasio kredit bermasalah juga ditargetkan di level yang sama. Itu turun dari tahun lalu dimana rasio CoC secara konsolidasi mencapai 3,42% dan NPL di level 3,08%.
Baca Juga: Bank Himbara Pimpin Pasar Perbankan di Indonesia PT Bank Mandiri menargetkan biaya kredit terus melandai. Tahun ini ditargetkan dibawah 2%, turun dari 2,05% pada 2021 dan 2,47% pada 2020. CoC diperkirakan terjaga karena performa kredit restrukturisasi Covid-19 relatif sejalan dengan ekspektasi perseroan dan level pencadangan NPL yang cukup ample. "Selain itu, terjaganya biaya kredit sejalan dengan kondisi makro ekonomi yang semakin membaik," tulis managemen Bank Mandiri dalam materi paparan analis meeting dikutip Senin (21/2). Tahun lalu, NPL Bank Mandiri melandai dari 3,72% ke 3,2%. Pencadangan terhadap NPL dialokasikan sebesar 243% atau meningkat dari tahun 2020 sebesar 221%. LAR Bank Mandiri (termasuk restrukturisasi Covid-19) juga semakin menurun dari 21,4% ke 17,1%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi