JAKARTA. Demokrasi yang berlangsung selama 15 tahun di Indonesia dinilai melahirkan politik transaksional dan korupsi. Tingginya biaya politik untuk mengikuti proses pemilu maupun pemilukada menjadi pemicunya. Dosen Peneliti di Pusat Studi Sosial Politik UI Ubaidillah Badrun memaparkan, pemilukada antara tahun 2010-2014 telah menelan biaya Rp 15 triliun. Biaya total pemilu pada 2009 mencapai Rp 49,7 triliun. Sementara itu, untuk mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten/Kota, akan membutuhkan Rp 150 juta-250 juta. Untuk menjadi Bupati/Walikota membutuhkan Rp 5 miliar-25 miliar. Untuk menjadi anggota DPRD Provinsi membutuhkan Rp 700 Juta. Sedangkan untuk menjadi Gubernur butuh Rp 50 miliar-100 Milyar. Sedangkan untuk menjadi anggota DPR RI butuh Rp 1,5 Milyar. Terakhir, untuk menjadi Presiden RI butuh Rp 1,5 Triliun.
Biaya politik lahirkan korupsi & politik dinasti
JAKARTA. Demokrasi yang berlangsung selama 15 tahun di Indonesia dinilai melahirkan politik transaksional dan korupsi. Tingginya biaya politik untuk mengikuti proses pemilu maupun pemilukada menjadi pemicunya. Dosen Peneliti di Pusat Studi Sosial Politik UI Ubaidillah Badrun memaparkan, pemilukada antara tahun 2010-2014 telah menelan biaya Rp 15 triliun. Biaya total pemilu pada 2009 mencapai Rp 49,7 triliun. Sementara itu, untuk mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten/Kota, akan membutuhkan Rp 150 juta-250 juta. Untuk menjadi Bupati/Walikota membutuhkan Rp 5 miliar-25 miliar. Untuk menjadi anggota DPRD Provinsi membutuhkan Rp 700 Juta. Sedangkan untuk menjadi Gubernur butuh Rp 50 miliar-100 Milyar. Sedangkan untuk menjadi anggota DPR RI butuh Rp 1,5 Milyar. Terakhir, untuk menjadi Presiden RI butuh Rp 1,5 Triliun.