KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) tetap menarik di tengah pelemahan harga minyak dunia. Biaya tunai yang lebih rendah dan diversifikasi usaha menjadi pendorongnya. Sinarmas Sekuritas, dalam risetnya, Senin (22/7) memaparkan bahwa harga minyak dunia akan mengalami penurunan pada tahun 2024 dan 2025. Pada periode tersebut, minyak WTI diperkirakan berada di US$ 75 dan US$ 65 per barel, lalu minyak Brent di level US$ 80 dan US$ 70 per barel. Dalam artikel S&P Global, sebesar 90% proyek minyak global hingga 2040 akan mencapai titik impas pada harga di bawah US$ 50 per barel, dengan 44% mencapai titik impas pada harga US$ 40 atau lebih rendah.
Meski begitu, MEDC memiliki keunggulan kompetitif dengan biaya tunai untuk produksi minyak dan gas di bawah US$ 10 per barel (tidak termasuk biaya penyusutan dan amortisasi). Biaya produksi yang rendah ini memungkinkan MEDC untuk bertahan pada saat harga minyak dunia turun. "Sehingga meningkatkan daya tahan pasar dan memposisikan MEDC lebih baik dibandingkan dengan para pesaing yang memiliki biaya produksi yang lebih tinggi," papar tim analis Sinarmas Sekuritas.
Baca Juga: Emiten Migas Ekspansi di Tengah Fluktuasi Harga Minyak, Cek Saham Rekomendasi Analis Selain itu, EBIT dari kegiatan operasional lainnya, seperti listrik, perdagangan, dan lainnya, dapat menutupi lebih dari 60% beban bunga MEDC. Hal tersebut menandakan aliran pendapatan yang lebih aman dan terdiversifikasi, sehingga MEDC dapat membayar kewajibannya. Terjaganya pasar MEDC juga diiringi produksi yang tinggi. Maklum, MEDC memiliki kepemilikan di beberapa aset produksi utama minyak dan gas seperti 40% saham di Blok B Laut Natuna Selatan yang menyumbang 4,2 MBOPD minyak dan 10,05 MBOPD gas. MEDC juga telah mengakuisisi Blok 60 (Oman) yang memiliki kontribusi sebesar 12,6 MBOPD minyak dan gas. Lalu, memiliki 46% saham di Blok Corridor, yang merupakan produsen gas terbesar kedua di Indonesia. Untuk tahun 2024, MEDC menargetkan produksi 145-150 MBOPD, dengan 71,8% dari gas dan 28,2% dari minyak. MEDC memiliki beberapa proyek yang akan datang yang dapat meningkatkan kinerjanya secara signifikan. Ini termasuk Blok 60, yang telah menghasilkan sekitar 12,6 mboepd pada kuartal I 2024 dan menargetkan untuk mencapai 13 mboepd pada akhir tahun. Lebih dari 60% pendapatan minyak dan gas MEDC dikontribusikan oleh gas yang dipasok melalui kontrak jangka panjang dan harga gas yang terindeks. "Hal ini memberikan penyangga selama kondisi harga minyak yang sangat tidak stabil," papar riset Sinarmas Sekuritas.
Baca Juga: MedcoEnergi Gunakan Energi Surya di Operasi Hulu Migas Selain itu, melalui Medco Power, MEDC melakukan diversifikasi usaha ke produksi listrik. Medco Power saat ini memberikan kontribusi sebesar 6,19% dari keseluruhan pendapatan MEDC. Tahun ini, penjualan listrik ditargetkan 4.100 GWh, setelah menjual 1.062 GWh pada kuartal I 2024. Lalu, Medco Energi berencana untuk membelanjakan US$ 80 juta untuk Medco Power pada tahun 2024, dengan fokus pada proyek-proyek seperti Ijen (1 Rig), Bali PV, dan Bonjol (1 Rig). Pada kuartal I 2024, Medco Energi telah membelanjakan US$ 16 juta untuk pengeboran Ijen dan EPCI.
Kemudian, MEDC telah menginvestasikan 21% sahamnya di Amman Mineral Internasional (AMMN). Diperkirakan mampu memberikan dorongan untuk kinerja MEDC, mengingat gencarnya ekspansi dan eksplorasi yang dilakukan. Dari berbagai hal itu, tim riset Sinarmas Sekuritas memperkirakan kinerja MEDC tetap positif di 2024. Pendapatan diperkirakan tumbuh 7,58% secara tahunan (YoY) menjadi US$ 2,41 miliar dan laba bersih tumbuh 7,85% YoY menjadi US$ 357 juta. Sinarmas Sekuritas merekomendasikan
buy untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.900 per saham. Senin (29/7), harga saham MEDC turun 1,13% ke Rp 1.310 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati