KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bergegas mencari tambahan biaya untuk penanganan pandemi virus korona (Covid-19). . Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, mulai Juli - Desember 2020, Kementerian Keuangan akan melakukan menambah (upsize) target penerbitan Surat Utang Negara (SUN). Ini sebagai langkah antisipasi untuk pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 sampai dengan akhir tahun ini. "Penerbitan melalui market seperti saat ini, kami memperkirakan setiap minggunya akan ada upsize target market," ujar Menkeu, pekan ini (6/7).
Baca Juga: Pemerintah akan melelang tujuh seri SUN dengan target hingga Rp 40 triliun Bila pada lelang biasanya, target penerbitan SUN atau surat utang negara setiap minggu sekitar Rp 30 triliun, Kemkeu akan meningkatkan target lelang tersebut menjadi Rp 40 triliun.
Baca Juga: Calon Deputi Gubernur Doni P. Joewono beberkan strategi dalam mengelola perekonomian Sementara itu, untuk target penerbitan surat utang dalam bentuk syariah atau (SBSN) dari yang sebelumnya Rp 10 triliun, juga akan ditingkatkan menjadi Rp 15 triliun. Kedua surat utang ini akan diterbitkan melalui mekanisme lelang seperti biasanya. Nah, seperti yang sudah-sudah, apabila market tidak bisa menyerap target ini maka Bank Indonesia (BI) bertindak sebagai stand by buyer. Hal ini, tertera dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1/2020 yang memungkinkan BI untuk membeli SUN melalui pasar perdana. "Jadi caranya itu terus, kita dari Juli ini sampai dengan Desember akan mengisi seluruh defisit yang belum kita secure financing-nya melalui mekanisme pasar biasa. Kemudian apabila tidak di-absorb oleh market, maka Bank Indonesia sebagai stand by buyer itu yang dilakukan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) I," kata Menkeu.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana menilai, peningkatan target penerbitan SUN masih akan minim menimbulkan risiko crowding out. Alasan ini dilandaskan atas tiga hal. Pertama, karena burden sharing antara Bank Indonesia (BI) dan Kemkeu akan mendorong likuiditas di pasar SUN. Kedua, pemerintah dapat melakukan pilihan penerbitan, apakah akan dilakukan dengan lelang primer, private placement, ataupun dalam bentuk global bond. Ketiga, pilihan investasi dalam negeri yang terbatas masih memungkinkan untuk sebagiannya diserap oleh investor dalam negeri. "Apalagi, inflasi domestik sangat rendah, sehingga real yield surat utang negara akan makin tebal dan ini bisa menguntungkan Indonesia," katanya kepada KONTAN, Kamis (9/7). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon