Bibitkan sapi, Berdikari minta modal Rp 400 miliar



JAKARTA. PT Berdikari (Persero) akan membangun sentra pembibitan sapi di Sulawesi Selatan pada tahun 2016. Untuk itu, Berdikari tengah meminta persetujuan DPR untuk mendapatkan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 400 miliar.

Dana tersebut nantinya sebagian besar akan digunakan untuk pengembangan pembibitan sapi di atas lahan seluas 6.000 hektare (Ha) di Sidrap, Sulawesi Selatan. Kemudian sisanya akan digunakan untuk pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH) modern di sejumlah sentra produksi.

Lahan seluas 6.000 tersebut merupakan milik anak usaha Berdikari yakni PT Berdikari United Livestock (PT Buli). PT Buli merupakan perusahaan yang fokus mengembangkan usaha peternakan sapi.  Perusahaan ini merupakan peternakan sapi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.


Di atas lahan seluas 6.000 ha tersebut, rencananya 4.000 ha akan digunakan untuk pengembalaan sapi dan 2.000 ha sisanya untuk pengembangan pakan-pakan berprotein tinggi.

Komisaris Utama PT Berdikari Syukur Iwantoro mengatakan perusahaan pelat merah ini akan mengembangkan pembibitan sapi bisa dalam bentuk mengimpor sapi indukan atau pun bibit-bibit sapi untuk dikembangbiakan di sana.

Rumah potong modern

Syukur menjelaskan sebagian dana PMN itu akan digunakan juga untuk pengembangan pengelolaan Rumah Potong Hewan (RPH) modern di sejumlah sentra produksi Berdikari. "Sekarang sentra peternakan yang sudah bekerjasama dengan PT Berdikari itu ada yang di Kabupaten Kupang, Bima, Lampung, Bali dan nanti ada di Jember," ujar Syukur, Rabu (29/7). Syukur bilang, nanti kalau sentra-sentra produksi peternakan sapi itu telah memiliki RPH maka sapi yang dikirim ke Jabodetabek bisa dalam bentuk daging beku. Sebab mengirimkan sapi hidup ke Jabodetabek risikonya lebih tinggi ketimbang dalam bentuk daging.

Dengan adanya pengembangan RPH Modern di sejumlah sentra produksi sapi, maka bisa memberikan nilai tambah di daerah, seperti menyerap tambahan tenaga kerja. Ia mengambil contoh di Bima yang telah memiliki RPH Modern saat ini bisa mensuplai kebutuhan daging di Lotte Mart dan di daerah Bima sendiri. Pada bulan Oktober 2015 nanti, Berdikari menargetkan bisa memperbaiki RPH yang ada di Jember dan Kupang sebagai tahap pertama. Sebab saat ini, RPH di daerah tersebut masih tradisional dan akan direnovasi menjadi RPH modern.

Saat ini, populasi sapi terbesar masih berada di Jawa Timur yakni Sumenep disusul Jember. Nah bila di sana tidak ada swasta yang mau mengelola RPH. Oleh karena itu Berdikari akan menggarap dan bermitra dengan kelompok peternak sapi di Jawa Timur.

"Yang sekarang sudah meneken nota kesepahaman dengan PT Berdikari dan nanti waktu PMN masuk baru jalan yaitu Lampung, Denpasar, Kupang, Pacitan sama Jember," imbuh Syukur. Menurut Syukur, dengan pengembangan RPH modern di sejumlah sentra produksi sapi, maka kualitas daging yang dihasilkan akan setara dengan daging impor. Sebab baik tidaknya daging sapi bukan di pengaruh dari jenis sapinya, melainkan oleh pemotongan sampai pengolahannya.

Ia mengambil contoh, kalau langsung ke pasar, akan jadi karkas hangat, sapi apa pun yang dipotong seperti itu mutunya pasti jelek. Seharusnya sapi dilayukan terlebih dulu sampai 21 hari.

Kemudian sebelum dipotong harus dimandikan dan dibuat kondisi sapi dalam bahagia kemudian disuntik dan barulah dipotong. Pengolahan dagingnya tidak menyentuh lantai atau tanah, tapi harus digantung agar darahnya keluar semua sehingga tidak bau amis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan