Biden sebut Putin pembunuh, Rusia menuntut permintaan maaf Amerika



KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Rusia menginginkan permintaan maaf dari Amerika Serikat setelah Presiden Joe Biden mengatakan Presiden Vladimir Putin adalah pembunuh, dan mungkin akan membalas Washington kecuali jika meminta maaf.

Dalam wawancara dengan ABC News yang disiarkan Rabu (17/3), Biden menjawab "Iya" ketika ditanya apakah dia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin adalah seorang pembunuh.

Biden juga menggambarkan Putin tidak memiliki jiwa, dan berjanji Presiden Rusia akan membayar mahal atas dugaan campur tangannya dalam Pemilihan Presiden AS 2020, sesuatu yang dibantah Kremlin.


Dalam langkah yang sangat tidak biasa setelah wawancara Biden, Rusia pada Rabu mengatakan akan memanggil duta besarnya untuk Amerika Serikat guna konsultasi mendesak mengenai masa depan hubungan Washington-Moskow.

Baca Juga: Tegang! Rusia tarik pulang duta besar AS setelah ancaman Biden terhadap Putin

Konstantin Kosachyov, Wakil Ketua Majelis Tinggi Parlemen Rusia mengatakan, pernyataan Biden itu tidak bisa diterima, pasti akan mengobarkan hubungan buruk dan mengakhiri harapan akan perubahan kebijakan AS di bawah pemerintahan yang baru.

Langkah masuk akal

Menurut Kosachyov, penarikan kembali duta besar Rusia untuk AS adalah satu-satunya langkah yang masuk akal untuk Moskow ambil dalam situasi tersebut.

"Saya menduga, ini bukan yang terakhir jika tidak ada penjelasan atau permintaan maaf dari pihak Amerika," kata Kosachyov dalam sebuah posting di Facebook, Kamis (18/3), seperti dikutip Reuters.

“Penilaian semacam ini tidak dibolehkan dari mulut seorang negarawan dengan pangkat seperti itu. Pernyataan semacam ini tidakbisa diterima dalam keadaan apa pun," tegas dia yang menyebutnya sebagai momen penting dalam hubungan AS-Rusia.

Istana Kepresidenan Rusia alias Kremlin belum menanggapi secara terbuka komentar Biden.

Baca Juga: Memanas, Biden sebut Putin bakal bayar mahal campur tangannya dalam Pilpres AS

Editor: S.S. Kurniawan