JAKARTA. Untuk meningkatkan perdagangan ke negara-negara non tradisional, Kementerian Perdagangan kirim misi dagang ke Belarusia, salah satu negara yang dulu dikuasai Uni Soviet. Dalam misi dagang yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu itu dilakukan usai melakukan misi dagang ke Rusia. Mari menjumpai Sergei Martinov, Menteri Perdagangan International Belarusia yang memiliki kewenangan dalam mengatur kerjasama perdagangan dengan negara lainnya. Target dari misi dagang tersebut diantaranya adalah kerjasama dalam hal investasi dan juga teknologi. Mari menjelaskan, Belarusia memiliki spesialisasi dalam hal penguasaan teknologi baik teknologi pertanian maupun teknologi militer. “Belarusia memiliki spesialisasi sebagai produsen alat-alat berat, peralatan pertanian, bahkan penguasaan teknologi militer. Ini terutama saat Belarusia masih sebagai bagian dari Uni Soviet dulu”, ujar Mari Elka Pangestu dalam siaran persnya yang dikutip KONTAN hari ini (20/9).Dalam kunjungan dagang ke Minsk, ibukota Belarusia, Mari mengandeng 14 perusahaan nasional untuk menjalin kerjasama dengan pengusaha di Belarusia. “Belarusia adalah negara kuat sebagai pusat manufaktur, dengan demikian ekonomi Belarus sangat berorientasi pada ekspor dan tentunya menjadi sangat kompetitif. Ekspor Belarusia menyumbang 70% dari total GDP-nya”, jelas Mari. Negara yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa itu selama ini luput dari perhatian, sehiangga kinerja ekspor Indonesia tidak sekinclong kinerja impornya.“Indonesia masih defisit, tapi memang itu dikarenakan oleh importasi barang-barang yang kita butuhkan”, rinci Mendag. Impor terbesar Indonesia dari Belarus antara lain adalah potasium, yang merupakan bahan dasar pembuatan pupuk, dan ban. Sedangkan ekspor utama Indonesia ke Belarusia antara lain adalah tembakau, karet dan alat instrumen musikal.Total nilai perdagangan kedua negara adalah sebesar US$11,46 juta pada 2009. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia US$1,2 juta atau hanya 0,14% dari total impor Belarusia dari dunia. Ekspor terbesar Indonesia lebih dari 60% diisi oleh produk tembakau, 17% lebih adalah instrumen alat musik, 10% produk karet serta sisanya terbagi antara coklat, kopi, dan teh dan juga benang tekstil.Nilai impor dari Belarusia mencapai US$10,2 juta yang didominasi oleh bahan baku pupuk seperti potasium chloride hingga lebih 76%, serta sisanya diisi dengan produk baja hingga pakaian tertentu (jas dan produk butik). Pada awal semester 2010 ini, ekspor non migas ke Belarus mencapai US$452,1 ribu, meningkat 38,2% dibanding periode tahun lalu di kisaran US$327 ribu.Dalam misi dagang yang dilakukan tersebut, Mari menyatakan sudah berhasil mendapatkan kerjasama perdagangan untuk ban traktor yang belum diproduksi di Indoensia Selain itu, kerjasama yang dilakukan juga berupa kerjasama produksi alat-alat berat (heavy equipment). Rencananya, bekas negara pecahan Uni Soviet tersebut berniat membuka perwakilan setingkat Kedutaan Besar di Jakarta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bidik kerjasama teknologi, Mendag sisir Belarusia
JAKARTA. Untuk meningkatkan perdagangan ke negara-negara non tradisional, Kementerian Perdagangan kirim misi dagang ke Belarusia, salah satu negara yang dulu dikuasai Uni Soviet. Dalam misi dagang yang dipimpin oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu itu dilakukan usai melakukan misi dagang ke Rusia. Mari menjumpai Sergei Martinov, Menteri Perdagangan International Belarusia yang memiliki kewenangan dalam mengatur kerjasama perdagangan dengan negara lainnya. Target dari misi dagang tersebut diantaranya adalah kerjasama dalam hal investasi dan juga teknologi. Mari menjelaskan, Belarusia memiliki spesialisasi dalam hal penguasaan teknologi baik teknologi pertanian maupun teknologi militer. “Belarusia memiliki spesialisasi sebagai produsen alat-alat berat, peralatan pertanian, bahkan penguasaan teknologi militer. Ini terutama saat Belarusia masih sebagai bagian dari Uni Soviet dulu”, ujar Mari Elka Pangestu dalam siaran persnya yang dikutip KONTAN hari ini (20/9).Dalam kunjungan dagang ke Minsk, ibukota Belarusia, Mari mengandeng 14 perusahaan nasional untuk menjalin kerjasama dengan pengusaha di Belarusia. “Belarusia adalah negara kuat sebagai pusat manufaktur, dengan demikian ekonomi Belarus sangat berorientasi pada ekspor dan tentunya menjadi sangat kompetitif. Ekspor Belarusia menyumbang 70% dari total GDP-nya”, jelas Mari. Negara yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa itu selama ini luput dari perhatian, sehiangga kinerja ekspor Indonesia tidak sekinclong kinerja impornya.“Indonesia masih defisit, tapi memang itu dikarenakan oleh importasi barang-barang yang kita butuhkan”, rinci Mendag. Impor terbesar Indonesia dari Belarus antara lain adalah potasium, yang merupakan bahan dasar pembuatan pupuk, dan ban. Sedangkan ekspor utama Indonesia ke Belarusia antara lain adalah tembakau, karet dan alat instrumen musikal.Total nilai perdagangan kedua negara adalah sebesar US$11,46 juta pada 2009. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia US$1,2 juta atau hanya 0,14% dari total impor Belarusia dari dunia. Ekspor terbesar Indonesia lebih dari 60% diisi oleh produk tembakau, 17% lebih adalah instrumen alat musik, 10% produk karet serta sisanya terbagi antara coklat, kopi, dan teh dan juga benang tekstil.Nilai impor dari Belarusia mencapai US$10,2 juta yang didominasi oleh bahan baku pupuk seperti potasium chloride hingga lebih 76%, serta sisanya diisi dengan produk baja hingga pakaian tertentu (jas dan produk butik). Pada awal semester 2010 ini, ekspor non migas ke Belarus mencapai US$452,1 ribu, meningkat 38,2% dibanding periode tahun lalu di kisaran US$327 ribu.Dalam misi dagang yang dilakukan tersebut, Mari menyatakan sudah berhasil mendapatkan kerjasama perdagangan untuk ban traktor yang belum diproduksi di Indoensia Selain itu, kerjasama yang dilakukan juga berupa kerjasama produksi alat-alat berat (heavy equipment). Rencananya, bekas negara pecahan Uni Soviet tersebut berniat membuka perwakilan setingkat Kedutaan Besar di Jakarta.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News