KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk atau FuturPhuture (
FUTR) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (27/2). Setelah
go public, FUTR menyiapkan sejumlah strategi bisnis, termasuk memperluas operasinya di kawasan Asia Pasifik. Direktur Lini Imaji Kreasi Ekosistem, Vicktor Aritonang, mengungkapkan rencana bisnis FUTR akan berfokus pada
core business yang dimiliki. Meliputi big data
analytics, social commerce technology, immersive tech, dan
cyber governance. FUTR menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada level 35% -40% setiap tahunnya. Khusus untuk tahun ini, FUTR memproyeksikan bisa tumbuh lebih tinggi dengan adanya optimalisasi penggunaan dana hasil Initial Public Offering (IPO) sebagai modal kerja pada 2023.
Baca Juga: Usai IPO, Lini Imaji (FUTR) Dorong Akselesai Berbasis Data di Asia Pasifik "Sesuai rencana penggunaan dana IPO, penyerapan modal kerja untuk pengembangan bisnis Perseroan agar dapat bersaing pada pasar Asia Pasifik, serta pengembangan Gudang Kreativ dalam memperkuat ekosistem Perseroan," kata Vicktor saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/2). Sebagai informasi, FUTR mengantongi dana segar sebesar Rp 127,8 miliar dari IPO. Dalam aksi korporasi ini, FUTR menawarkan 20% dari total saham yang dicatatkan kepada publik yakni 1,27 miliar saham, dengan harga penawaran Rp 100 per saham. Sebagai prioritas penggunaan dana IPO, sekitar 93% ditujukan untuk modal kerja. Termasuk pengembangan platform dan produk, riset dan analisis data, pengembangan SDM, penguatan pemasaran, dan dukungan operasional lainnya dalam pengembangan usaha. Sedangkan 7% lainnya akan dipakai untuk pengembangan Gudang Kreativ di berbagai lokasi di Pulau Jawa. Adapun Gudang Kreativ memiliki konsep sebagai wadah usaha yang bergerak dalam bidang jasa layanan pengembangan Konten,
design kreatif dan teknologi. Di dalamnya juga terdiri dari beberapa
creative space yang dimiliki oleh FUTR. "Hal ini akan membuat talenta lokal naik kelas dengan mengakses berbagai proyek internasional melalui FUTR," imbuh Vicktor. Saat ini, FUTR memiliki operasi bisnis di tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Bisnis FUTR di Indonesia sebagian besar dikontribusikan dari media periklanan dan jasa konsultasi. Sementara di Singapura dan Malaysia lebih banyak ditopang dari
brand consulting. Pasar Indonesia jadi penyumbang terbesar dengan porsi lebih dari 70% dari pendapatan FUTR. "Ke depan kami melihat peluang yang besar dalam memperbesar basis klien di Asia Pasifik dengan pemanfaatan talenta-talenta lokal," ujar Vicktor. Presiden Direktur Imaji Kreasi Ekosistem Jeremy Quek, mengungkapkan optimisme untuk melaksanakan ekspansi operasi bisnis ke Thailand, Filipina, Vietnam, dan Hong Kong dalam dua tahun ke depan. FUTR memiliki lebih dari 200 juta
user engagement dari lebih dari 25 juta basis pengguna serta jaringan mitra strategis global. "Kami optimistis FUTR bisa menjadi perusahaan teknologi yang unggul di Asia Pasifik dalam dua tahun mendatang dan juga dapat berkontribusi pada pengembangan ekonomi digital di Asia Tenggara," kata Jeremy lewat keterangan tertulis, Senin (27/2).
Asal tahun saja, dalam proses penawaran umum FUTR mengalami kelebihan permintaan (
oversubscribed) sebanyak 45 kali dengan total pemegang saham lebih dari 18.000 investor. Namun, debut FUTR di BEI tidak berlangsung mulus. Harga saham FUTR berfluktuasi pada perdagangan perdananya. FUTR bergerak pada rentang harga Rp 93 - Rp 108, sebelum ditutup pada posisi yang sama dengan harga penawaran, yakni Rp 100 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari